"Saya mengecam itu, aksi main hakim sendiri. Itu tindakan yang biadab (tidak beradab). Tolonglah jangan main hakim sendiri, kalau memang ada sesuatu hal apapun biarlah aparat yang mengurus, saya harap tokoh-tokoh masyarakat juga turut memberikan pengertian dan menenangkan masyarakat," ujar Jimly dalam diskusi bersama media di Kantor ICMI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (9/8/2017).
Jimly berharap tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga politisi dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat agar kasus serupa tidak terulang kembali. Salah satunya dengan hanya menyampaikan hal-hal yang baik kepada masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jimly memandang penggunaan media sosial (medsos) dan situasi politik yang ada membuat masyarakat gampang terbelah. Dia juga menyebut nilai-nilai toleransi dan kesopanan masyarakat Indonesia saat ini semakin luntur.
"Yang memicu masalah ini medsos. Suasana politik 5 tahun belakangan juga cukup panas, tahun 2014 ada Pilpres yang membuat bangsa ini seolah-olah terbelah, ditambah ada Pilkada membuat kondisi di masyarakat semakin terkotak-kotak," ungkapnya.
Jimly mengatakan, melalui medsos masyarakat Indonesia saat ini bisa secara terbuka menyebarkan ujaran kebencian. Ujaran-ujaran itu membuat masyarakat lebih mudah terprovokasi.
"Jadi kebebasan yang kita miliki itu harus digunakan dengan baik. Harus bisa menahan diri dan jangan berlebihan. Kita harus sadar untuk tidak bereaksi terhadap berita medsos dan membuat situasi di masyarakat semakin memanas," katanya. (hld/nvl)