Kecam Aksi Main Hakim Sendiri, Ketum ICMI: Itu Tidak Beradab

Kecam Aksi Main Hakim Sendiri, Ketum ICMI: Itu Tidak Beradab

Heldania Ultri Lubis - detikNews
Rabu, 09 Agu 2017 16:35 WIB
Foto: Jimly Asshiddiqie (Muhammad Fida/detikcom)
Jakarta - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengecam aksi main hakim sendiri yang dilakukan oknum warga hingga menewaskan MA, pria yang dituduh mencuri amplifier di Musala Al-Hidayah, Babelan, Kabupaten Bekasi. Menurutnya aksi tersebut merupakan tindakan biadab.

"Saya mengecam itu, aksi main hakim sendiri. Itu tindakan yang biadab (tidak beradab). Tolonglah jangan main hakim sendiri, kalau memang ada sesuatu hal apapun biarlah aparat yang mengurus, saya harap tokoh-tokoh masyarakat juga turut memberikan pengertian dan menenangkan masyarakat," ujar Jimly dalam diskusi bersama media di Kantor ICMI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (9/8/2017).

Jimly berharap tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga politisi dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat agar kasus serupa tidak terulang kembali. Salah satunya dengan hanya menyampaikan hal-hal yang baik kepada masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu semua pemimpin harus mencari tahu penyebab terjadinya aksi main hakim sendiri ini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah upayakan agar memberikan contoh teladan yang baik bagi masyarakat dengan cara berbicaralah yang baik-baik atau kalau tidak, diam saja. Itu menurut saya," katanya.

Jimly memandang penggunaan media sosial (medsos) dan situasi politik yang ada membuat masyarakat gampang terbelah. Dia juga menyebut nilai-nilai toleransi dan kesopanan masyarakat Indonesia saat ini semakin luntur.

"Yang memicu masalah ini medsos. Suasana politik 5 tahun belakangan juga cukup panas, tahun 2014 ada Pilpres yang membuat bangsa ini seolah-olah terbelah, ditambah ada Pilkada membuat kondisi di masyarakat semakin terkotak-kotak," ungkapnya.

Jimly mengatakan, melalui medsos masyarakat Indonesia saat ini bisa secara terbuka menyebarkan ujaran kebencian. Ujaran-ujaran itu membuat masyarakat lebih mudah terprovokasi.

"Jadi kebebasan yang kita miliki itu harus digunakan dengan baik. Harus bisa menahan diri dan jangan berlebihan. Kita harus sadar untuk tidak bereaksi terhadap berita medsos dan membuat situasi di masyarakat semakin memanas," katanya. (hld/nvl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads