Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) bahkan menyerukan agar ada bersih-bersih di dalam partai berlambang partai beringin itu, termasuk meminta Novanto untuk turun dari jabatannya . Tidak tanggung-tanggung, Ketua GMPG Ahmad Doli Kurnia akan minta bantuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membersihkan citra Golkar.
Seiring dengan derasnya gelombang 'perlawanan' dari kelompok GMPG, muncul nama-nama yang diisukan akan mengisi kursi Novanto. Sebut saja tokoh senior Golkar Nurdin Halid, Idrus Marham, Aziz Syamsuddin, dan Airlangga Harrato.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla (JK), bahkan menyebut perlu ada langkah perbaikan di Golkar. Menurutnya, keputusan soal kepemimpinan Golkar akan diserahkan pada forum Rapimnas partai.
"Banyak teman-teman Golkar yang berbicara, datang ke saya untuk minta pendapat, pandangan-pandangan. Tapi bagi saya, ini sudah urusan DPP, tentu DPD masing-masing. Memang tentu apabila ketum-nya tersangka ya ada langkah-langkah perbaikan," kata JK beberapa waktu lalu.
Setelah penetapan Novanto sebagai tersangka, Korbid Polhukam DPP Golkar Yorrys Raweyai sempat menghadap JK dan mengutarakan kegelisahannya soal nasib partai tersebut, apalagi pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tinggal 2 tahun lagi.
"Dipikir saya nggak gelisah? Ini kan mesti menyelamatkan ini partai. Kalau tidak, elektabilitas bisa turun. Itu adalah upaya ekspresif dari teman-teman, terutama kader muda yang sebagai penerus. Mereka kan nggak mau tinggal diam," ujar Yorrys saat dihubungi detikcom 28 Juli 2017 lalu.
Polemik di Golkar pun tidak luput dari perhatian Istana. Apalagi, Golkar secara terang-benderang telah mengungkapkan dukungannya kepada Jokowi pada pilpres 2019 mendatang.
Informas yang didapatkan detikcom di Istana menyebutkan, Jokowi lebih menginginkan Airlangga Hartarto maju untuk memimpin Golkar. Alasannya sederhana, Airlangga dianggap lebih netral dibanding kandidat-kandidat lainnya. Perlu diketahui, Airlngga saat ini juga duduk dalam kabinet kerja Jokowi-JK sebagai Menteri Perindustrian.
Selain itu, ada chemestry yang terbangun antara Jokowi dan Airlangga, karena dua-duanya berasal dari satu almamater yang sama yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM).
Jusuf Kalla (JK) pun sempat disebut pernah berbincang dengan Jokowi soal Golkar. Meski keduanya tidak menyebutkan nama yang akan diusung, JK hanya menyebut tidak ingin terlalu mencampuri urusan di internal Golkar.
Airlangga sendiri menyebut Golkar memiliki mekanisme tersendiri dalam menyikapi penetapan Novanto sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi e-KTP.
"Tentu kita melihat prihatin dengan kasus yang terjadi dan Golkar sudah sepakat bahwa DPP menggunakan praduga tidak bersalah. Jadi tentu kita melihat prosesnya berlanjut," ucapnya.
Pada Selasa (8/8) kemarin, Airlangga tiba-tiba muncul di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan. Pertemuan itu relatif singkat. Luhut adalah politisi senior Golkar yang juga dekat dengan Jokowi.
Airlangga berdalih pertemuannnya dengan Luhut, membahas soal garam.
"Garam masih asin kan," kata Airlangga sambil berlalu. (fiq/rna)