Sebagai partai oposisi pemerintahan, wajar jika Arief mengkritik Jokowi. Bahkan, kritiknya yang terbaru, soal aturan ambang batas pengajuan capres sebesar 20-25 persen di UU Pemilu, membuat publik terguncang. Kritik tersebut memuat soal Jokowi, PDIP, dan PKI.
"Nah ini sama saja Joko Widodo dan PDIP serta antek-anteknya membohongi masyarakat dan kurang sampai otaknya tentang sebuah arti hak konstitusi warga negara dalam negara yang berdemokrasi. Jadi, wajar aja Kalau PDIP sering disamakan dengan PKI. Habis, sering buat lawak politik dan nipu Rakyat sih," kata Arief dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ayal, pernyataan yang disampaikannya dalam rilis berjudul 'wajar PDIP disamakan dengan PKI' itu membuat berang PDIP. Bahkan, Gerindra selaku partai tempatnya bernaung, turut 'menghukum' Arief dengan menyebut akan membawa yang bersangkutan ke mahkamah partai.
"Tentu partai akan mengambil satu tindakan sesuai dengan aturan yang ada di internal kami melalui mahkamah partai dan sebagainya," kata Waketum Gerindra Fadli Zon, Rabu (2/8/2017).
Arief pun meminta maaf atas pernyataannya tersebut. Di atas materai Rp 6.000, Arief membuat klarifikasi bahwa dia tak bermaksud menyamakan PDIP dengan PKI.
Selang beberapa waktu, kini Arief berbalik arah 180 derajat. Hari ini, Selasa (8/8), sebagai elite Gerindra, Arief memberi puja-puji kepada Jokowi. Tak tanggung-tanggung, pujian tersebut setinggi langit hingga membuat publik tercengang.
Dalam pujiannya, Arief membicarakan soal 3 tahun kepemimpinan Jokowi. Menurutnya, Jokowi cukup sukses dalam berbagai sektor. Mulai dari bahan pokok, infrastruktur, hingga penggunaan hutang negara diungkit Arief.
"Sembako tersedia dan harga-harganya dapat dijangkau oleh ekonomi masyarakat. Dalam hal supply logistik juga patut dibanggakan di mana dalam pemerintahan Joko Widodo berhasil melakukan penurunan dwelling time dan melakukan pemberantasan pungli yang menjadi biaya ekonomi tinggi selama ini," puji Arief ke Jokowi.
Lebih lanjut, Arief mengatakan dengan kesuksesan tersebut, rakyat akan pikir-pikir jika hendak memilih calon lain di Pilpres 2019. Dia menyebut Jokowi dapat menjadi presiden Indonesia selama dua periode.
"Melihat prestasi Joko Widodo yang bakal meraih kesuksesan, sepertinya bukan tidak mungkin Joko Widodo akan terpilih kembali jika mencalonkan kembali sebagai Capres 2019," sebut Arief.
Sebelum puja-puji ini terlontar dari mulut Arief, asosiasi yang menamakan diri Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) menyatakan diri mencabut dukungan untuk Prabowo Subianto. Mereka tak akan mendukung Prabowo jika ketum Gerindra itu jadi bertarung di Pilpres 2019. APPKSI sendiri punya hubungan dengan Arief. Arief diketahui menjabat sebagai ketua dewan pembina APPKSI.
"Kami dari Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit sangat kecewa dengan tindakan Partai Gerindra atas ketidakadilannya terhadap kawan kami, Arief Poyuono. Karena itu, kami akan menyerukan kepada seluruh anggota kami dan kawan-kawan petani lainnya untuk tidak memilih partai Gerindra dan Prabowo Subianto dalam pemilu 2019 nanti," ucap Sekjen APPKSI Budi Prawira dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (4/8/2017).
"Beliau dewan pembina kita. Salah satu alasan kami mendukung karena ada beliau di Gerindra, selain itu juga karena visi misi Gerindra yang kami anggap bisa memperjuangkan nasib petani," ujar Budi saat dihubungi.
Pertanyaan pun muncul soal hubungan puja-puji Arief ke Jokowi dengan pencabutan dukungan APPKSI ke Prabowo. Dengan pujian untuk Jokowi itu, apakah ada niatan Arief untuk membawa massanya mendukung Jokowi di 2019 mendatang?
"Nggak lah. APPKSI itu organisasi independen yang walaupun dulu mendukung Pak Prabowo. Makanya saya harus memberikan pengertian lagi kepada mereka. Nanti setelah 2018, sesudah Pilpres, kita lihat programnya seperti apa, kan mereka sendiri yang nentuin. Ketua dewan pembina di situ kan tidak bisa mengeksekusi eksekutif yang melakukan kebijakan. Saya hanya membina mereka," tutur Arief saat dihubungi.
Mencaci Jokowi lalu memuji namun mengisyaratkan tetap satu gerbong dengan Prabowo di Pilpres 2019. Apa mau Arief? (gbr/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini