Sangkin mengatakan peristiwa ini bermula ketika ada penumpang yang minta diantar ke kawasan Santa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hanya, penumpang tersebut mengaku tidak punya aplikasi ojek online Grab.
"Jadi itu saya bawanya reguler (bawa penumpang tanpa aplikasi) dari Duren Tiga diminta dianter ke Santa. Begitu ketemu saya, dia bilang, 'Apa bisa minta tolong dianter ke Santa? Tapi saya nggak punya aplikasi'," kata Sangkin saat ditemui di Mapolres Jaksel, Jalan Wijaya II, Kebayoran Baru, Jaksel, Senin (7/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sangkin bersedia mengantar dalam sekali rute. Dia meminta bayaran Rp 25 ribu.
"Saya tanya biayanya berapa. Dia bilang Rp 20 (ribu). Tapi saya nggak mau kalau Rp 20 (ribu). Dia kasih Rp 25 (ribu). Ini kan nggak pakai aplikasi. Kalau saya pakai aplikasi, kan saya dapet uang insentif dari Grab. Akhirnya saya bersedia, tapi nggak pulang-pergi," cerita dia.
Setelah tiba di Santa, Sangkin mengatakan penumpangnya itu bertemu seorang kakek. Penumpang tersebut minta Sangkin mengantarkan kakek tersebut. Sangkin pun mengaku tidak ingat apa-apa lagi.
Ketika sadar, sepeda motor dan barang-barang lainnya sudah raib. Pria dan kakek yang sempat ditemuinya pun tak ada di lokasi.
"Singkat cerita, setelah sampai di Santa, orang itu ketemu sama kakek-kakek di sana. Terus dia minta saya antar kakek-kakek itu. Dari situ, saya nggak ingat apa-apa lagi. Sadar-sadar, motor saya sudah nggak ada, HP, dompet, semua hilang," ucapnya.
Atas peristiwa ini, Sangkin pun melapor ke Polres Jakarta Selatan. Dia mengatakan cuma membuat laporan kehilangan. Sangkin tidak meminta kasus dugaan hipnotis yang dialaminya diusut.
"Nggak (minta diusut), karena saya kan cuma butuh surat-surat kehilangan untuk ngurus-ngurus kartu yang hilang," tuturnya. (jbr/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini