"Saya tidak mau vulgar mengatakannya tapi afiliasi politik itu dalam politik berubah adalah hak parpol untuk mengambil sikap untuk menentukan di mana mereka berdiri. Sepertinya sejak awal Pak Jokowi diantara semua calon yang menonjol dan paling dominan," ujar Fahri di Kediaman Idrus Marham, Jalan Kavling DPRD, Cibubur, Jakarta, Minggu (6/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wajar Perindo mengikuti parpol lain yang sudah mencalonkan Pak Jokowi normal saja. Tantangannya untuk parpol lain relevan bisa enggak jadi pesaing Pak Jokowi ya. Bawa ide baru apa, Pak Jokowi sudah kelihatan bangun sana bangun sini, sekarang mau datang apa idenya," ujar Fahri.
"Kalau tidak kuat ya mendingan Pak Jokowi, kecuali yang baru datang dengan ide yang kontras, yang nampak begitu. Kalau tidak bisa tak terbendung, kalau apa lawannya itu tidak kelihatan yang memadai itu yang membuat parpol mendukung Pak Jokowi. Pertanyaannya alternatifnya bawa ide apa, perbedaan apa, itu yang ingin peruncing gitu lho supaya rakyat punya pilihan yang memadai jangan kemudian rakyat tidak mempunyai pilihan karena elit tidak berdebat," lanjut Fahri.
Gerindra mengisyaratkan Prabowo maju sebagai Capres 2019. Menurut Fahri, saat ini Prabowo tak boleh terdiam dan harus mengkritik pemerintah Jokowi-JK. Sehingga masyarakat mengetahui ada calon lain yang sebagai lawan Jokowi di Pilpres.
"Ya itu Pak Prabowo harus lebih tajam, dan harus sering tajam. Biar publik bisa lihat bedanya, sebab kalau Pak Prabowo banyak diam publik akan melihat sama saja. Ini Pak Probowo harus lebih kritik konstruksi pemikiran harus dibangun," ucap Fahri. (fai/imk)