"Saya ini sudah susah, sekolah dasar aja tidak selesai dan kerja cuma jadi kuli bangunan sama tukang kebun. Makanya saya minta anak saya ini ikut tes polisi karena saya yakin dia punya kemampuan, meskipun saya tidak ada uang," ujar Burhan saat ditemui di rumahnya Jalan Lematang Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (6/8/2017).
Burhan mengatakan, dia tetap yakin meskipun banyak yang orang mengatakan untuk jadi anggota Polri harus mengeluarkan banyak biaya. Tapi Burhan tetap optimis akan keberhasilan anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya sempat menangis saat dengar kabar anak saya lulus. Karena selama tahap seleksi saya hanya mampu memberikan bekal semangat dan doa saja sama dia. Dalam hati saya bersyukur anak saya berhasil dan tidak akan susah seperti saya ini," sambung Burhan.
Sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan dan berkebun, Burhan mengaku hanya mendapatkan uang sebesar Rp 100 ribu tiap hari. Dan itu sudah masuk seluruh biaya hidup keluarganya. Burhan hanya pasrah dan berdoa untuk anak bungsu dari empat bersaudara ini.
Ditempat terpisah, Kapolda Sumsel Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan, dalam seleksi penerimaan Secaba Polri tahun 2017, panitia seleksi Polda Sumsel tetap berpedoman prinsip clean and celar tanpa melihat pekerjaan orang tua calon bintara.
"Saya sudah sampaikan dari awal, bahwa kita ingin Polisi Sumsel benar-benar dari rakyat tanpa pandang bulu. Apakah itu orang tuanya sipil, militer, polisi, buruh, mapun petani. Karena yang terpenting adalah berkualitas melalui rekruitmen yang clear and clean," ujarnya singkat. (jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini