Fadli soal Pidato Viktor: Gerindra Lebih Nasionalis dari NasDem

Fadli soal Pidato Viktor: Gerindra Lebih Nasionalis dari NasDem

Hary Lukita Wardani - detikNews
Jumat, 04 Agu 2017 17:22 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menegaskan pernyataan politikus NasDem Viktor Laiskodat dalam satu video merupakan fitnah yang kejam dan keji. Menurutnya, Gerindra jauh lebih nasionalis dibandingkan Partai NasDem.

"Gerindra itu dari namanya Gerakan Indonesia Raya, tentu kami jauh lebih nasionalis ketimbang NasDem. Tujuan kami adalah menegakkan Indonesia Raya dari awal. Lihat saja manifestonya, jadi kalau Gerindra itu saya kira termasuk partai paling nasionalis di republik ini," ujar Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (4/8/2017).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fadli menyebut dia menonton video pidato Viktor sejak tadi malam. Ia menganggap perkataan Viktor jelas suatu tuduhan.

"Karena di dalam video tersebut jelas ada satu tuduhan fitnah yang sangat kejam kepada Gerindra dan beberapa partai lainnya terkait dengan positioning terhadap Republik Indonesia," ucap dia.



Lebih lanjut, Fadli mengatakan Gerindra akan mengambil langkah hukum. Ia mengatakan siapa yang menabur angin akan menuai badai. Dia sangat menyesalkan tingkah laku Viktor.

"Sudah pasti langkah hukum akan diambil ya, langkah-langkah itu dari tim hukum yang sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Tapi tentu artinya kita sudah tahu siapa yang memprovokasi siapa, siapa yang memprovokasi massa. Siapa yang selalu menabur angin, ya pasti akan menuai badai," tutur Fadli.

Wakil Ketua DPR itu meminta setiap parpol bersaing dengan sehat. Kalau ingin 'gagah-gagahan', silakan dibuktikan pada Pemilu 2019.

"Kita bisa bersaing sehat, kita bisa berbeda pendapat, kita bisa berdebat, tetapi kita tidak boleh main menuduh, apalagi dengan masuk ke ranah SARA. Ya, perang kita kan di pemilu. Kita ini bukan, saya kira institusi politik adalah institusi yang beradab," kata Fadli.



Terakhir, dia khawatir pernyataan Viktor dapat menimbulkan kegaduhan, seperti kasus Ahok. Menurutnya, Viktor tak mengerti apa yang diucapkannya dan ini dinilai berbahaya.

"Kita lihat sendiri dalam kasus seperti Jakarta, ini kan tidak beda dengan apa yang dilakukan Saudara Ahok. Jangan sampai ini jadi Ahok kedua karena memicu seorang yang bukan ahlinya bicara tentang negara khilafah, kemudian menunjuk hidung partai tertentu," ujarnya.



Berpidato dalam suatu acara di NTT, Viktor bicara soal partai-partai politik yang dituduhnya pro-khilafah dan intoleran. Gerindra dkk disebut Viktor mendukung gerakan kekhilafahan.

"Sebagian kelompok ini yang hari ini mau bikin negara khilafah. Dan celakanya, partai-partai pendukungnya itu ada di NTT juga. Yang dukung supaya ini kelompok ini ekstremis ini tumbuh di NTT, partai nomor satu Gerindra. Partai nomor dua itu namanya Demokrat. Partai nomor tiga namanya PKS. Partai nomor empat namanya PAN. Situasi nasional ini partai mendukung para kaum intoleran," kata Viktor, yang pidatonya bercampur antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Viktor sudah dihubungi soal pidatonya tersebut, namun yang mengangkat seorang perempuan yang diduga sekretarisnya. Perempuan itu mengatakan Viktor belum bisa menerima telepon karena masih melakukan kunjungan kerja di dapil-nya. (lkw/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads