Prasetyo mengibaratkan para aktivis itu seperti penonton bola . Menurutnya, dia tidak tinggal diam begitu mendapat laporan jaksa yang nakal.
"Kalau dia menjadi Jaksa Agung, apakah dia akan lebih baik dari itu. Saya katakan tadi, jaksa itu kan 10.000 orang lebih. Jangan seperti orang nonton bola saja. Kita bukan tidak melakukan penertiban. Apa mungkin saya biarkan mereka menyalahgunakan kewenangan," kata Prasetyo, di kantornya, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Jumat (4/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengkritik balik para aktivis antikorupsi itu, Prasetyo mengibaratkan kritik tersebut seperti yang dilakukan penonton sepak bola kepada pemain bola. Ia menilai jika aktivis anti korupsi itu berada di posisinya, apakah akan sama seperti yang dilakukan Prasetyo dalam memimpin Jaksa Agung.
"Manusia itu kan kembali ke pribadi masing-masing. Bahwa terbukti bersalah ya kita tindak. Banyak jaksa kok yang saya pecat. Jadi jangan seperti jadi penonton sepak bola. Kalau mereka bermain sendiri apakah bisa? Belum tentu," ujar Prasetyo.
Meski begitu Prasetyo mengaku selalu melakukan evaluasi di internalnya. Ia mengaku telah memperingatkan jajarannya di internal.
"Kita selalu evaluasi. Kan jaksa itu 10.000 orang lebih, dan di seluruh wilayah tanah air. Kita gak mungkin pelototin satu-satu. Setiap saat setiap menit. Kembali ke oknum masing-masing. Saya pesankan mereka betul-betul, bertugas dengan baik dan bebas dari perbuatan tercela apapun. Namanya manusia kan, dalam satu keluarga ada yang nakal, apalagi 10.000 orang lebih," imbuhnya. (yld/rvk)











































