Arief mengaku ayahnya merupakan tokoh PDIP karena berasal dari Partai Nasional Indonesia (PNI), yang dulu dipimpin Sukarno, ayah Megawati. Dia pun mengaku mengirim surat tersebut karena merasa hubungannya dengan Megawati tak sebatas politik.
"Saya ini, ayah saya itu tokoh PDIP, ayah saya itu PNI, pernah dipenjara bersama Pak Taufiq Kiemas oleh Orde Baru. Jadi hubungan saya dengan Ibu Megawati itu sudah bukan lagi hubungan politik. Artinya, saya menghormati Ibu Megawati itu sudah seperti orang tua saya sendiri," kata Arief kepada wartawan, Rabu (2/8/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief juga menyebut menjadikan Megawati sebagai inspirasinya. Menurutnya, Megawati adalah orang yang punya pendirian dalam berpolitik. Dia mengambil beberapa contoh pendirian Megawati.
"Selama ini saya menjadikan Ibu Megawati sebagai inspirasi berjuang. Apa yang saya ambil? Sikap beliau konsisten dalam perjuangannya, misalnya ketika melawan Soeharto. Saat itu ayah saya masih hidup, masih bersama dia berjuang. Yang kedua, ketika dia menjadi presiden, memimpin dengan baik, melahirkan negara yang demokrasi yang saat ini pemilu langsung, dia tidak otoritarian," papar Arief.
"Saat dia jadi oposisi, sangat konsisten melawan SBY terus. Dia itu menjadi tokoh inspirasi saya, makanya saya lagi meminta waktu bertemu Ibu Megawati. PDIP itu sahabat-sahabat saya semua, saudara-saudara saya semua," imbuhnya.
Lantas, apa isi surat yang dikirim Arief ke Megawati?
"Penjelasan kepada Ibu Megawati juga permohonan maaf kalau saya salah. (Suratnya) itu rahasia, surat rahasia ke Ibu (Megawati)," pungkas Arief. (gbr/bag)