"Kalau ada yang dikerjain, kalau nggak ada diem. Kadang-kadang dikasih dari tetangga. Gitu aja. Kebanyakan ya dikasih tetangga kayaknya," kata Sarbini saat berbincang di Dukuh, Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (1/8/2017).
Untuk memenuhi kebutuhan perut sehari-hari, anak Sarbini yang sudah beranjak remaja biasanya dimintai pertolongan oleh warga kampung Palembangan. Ada yang diminta memanjat pohon kelapa sampai jadi kuli mengangkut bata. Dari upah ala kadarnya tersebut lalu digunakan keluarga Sarbini memenuhi kebutuhan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenjak ditinggal mendiang istri 5 tahun lalu, Sarbini kemudian sendirian mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Karena tidak punya biaya, tak ada satu pun dari anaknya yang mencicipi sekolah formal.
Sebelum rumahnya ambruk karena banjir, Sarbini bercerita bahwa dulu ia punya pesantren tradisional kecil. Ada beberapa kitab yang dulu dibawanya dari pesantren kemudian hancur karena banjir akibat sungai Ciujung. Ia pun bingung, bekal penghidupannya ludes sampai terpaksa menggunakan bekas kandang kambing untuk tinggal.
"Saya kalau ditanya pekerjaan bingung. Saya orang Islam, ya pekerjaan saya kalau bulan Ramadan puasa 1 bulan, malam tarawih bangun jam 1 malam sampai pagi. Salat 5 waktu puasa Senin-Kamis. Kesehariannya begitu," ujarnya.
"Terus bangun malam, salat duha, kalau ingin olahraga ngambil air di sungai, kadang-kadang bawa pacul," katanya lagi.
Sarbini mengaku, Pemprov Banten, melalui Dinas Sosial pernah memberikan bantuan. Bantuan datang sebanyak 6 kali.
"Pernah ada, sekitar 6 kalian kayaknya. Seharusnya sekarang dapat ini tapi sampai sekarang belum keluar juga," kata Sarbini.
Sekitar 3 bulan lalu, rumahnya pernah didatangi Dinas Sosial Banten dan rumahnya dikategorikan tak layak huni. Untuk kebutuhan listrik, Sarbini menyambungkan kabel ke salah satu tiang listrik.
"Ngikut bekas lampu tiang, kan ada lampung tiang PLN. Saya ngikut aja. Sudah lama sih,"
Rumahnya juga kerap didatangi orang untuk meminta KTP serta KK dengan dalih memberikan bantuan. Namun sampai hari ini, belum ada realisasi.
"Yang nengok sering, nggak tahu keluar atau nggak," ucapnya. (bri/dkp)