Ketua MPR: Nilai-nilai Luhur Keindonesiaan Mulai Pudar

Ketua MPR: Nilai-nilai Luhur Keindonesiaan Mulai Pudar

Dwi Andayani - detikNews
Senin, 31 Jul 2017 17:32 WIB
Foto: Dwi Andayani/detikcom
Jakarta - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan terdapat dua hal yang menjadi sorotan dalam kehidupan saat ini. Kedua hal itu adalah memudarnya nilai-nilai luhur dan keadilan yang mengakibatkan kesenjangan.

"Ada hal yang menjadi sorotan, pertama adalah memudarnya nilai-nilai luhur keindonesiaan kita. Yang kedua adalah soal keadilan, yang mengakibatkan kesenjangan yang tinggi," ujar Zulkifli dalam acara Silaturahmi Nasional 2017 Junior Chamber International Indonesia, di Hotel Grand Sahid, Jalan Jend Sudirman Kav 86, Jakarta, Senin (31/7/2017).

Zulkifli mengatakan kita menganut sistem ketatanegaraan yang Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila haruslah seiring dengan sebuah keadilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sistem ketatanegaraan kita adalah, kita sudah sepakat Demokrasi Pancasila yang berdaulat, yang berkuasa itu rakyat. Demokrasi Pancasila itu, seiring sejalan dengan keadilan," kata Zulkifli.

Namun Zulkifli mengatakan yang terjadi saat ini adalah terjadi kesenjangan dan memudarnya nilai Pancasila. Selain itu, ia menjelaskan Pancasila merupakan sebuah pemersatu, bukan mengotak-kotakkan.

"Yang terjadi justru kesenjangan, bahkan kita punya Pancasila tapi memudar nilai-nilai Pancasila itu. Pancasilais itu adalah mempersatukan, bukan mengotak-kotakkan. Pancasila adalah perilaku, kalau kita jadikan perilaku, maka mempersatukan," ucap Zulkifli.

Zulkifli mengatakan kita harus kembali pada dasar bernegara yang ada. Serta menghentikan silang pendapat, yang selama ini sering terjadi.

"Kita kembali kepada nilai-nilai luhur keindonesiaan kita, yaitu 4 dasar bernegara, mari kita hentikan silang sengketa soal latar belakang, soal suku, soal agama, kelompok golongan kita ini saudara," tutur Zulkifli.

Tantangan terberat saat ini adalah bagaimana kita dapat menyiapkan generasi untuk masa mendatang. Generasi yang memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif.

"Kita punya tantangan yang amat berat, 25 tahun-50 tahun mendatang, bagaimana Indonesia menyiapkan generasinya. Menyiapkan manusianya agar memiliki daya saing, memiliki produktivitas bisa efisien. Manusia-manusia yang kreatif, yang inovatif, dan juga memiliki kemampuan kebersamaan yang tinggi," ucapnya. (ega/ega)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads