Kepala SMKN 56 Jakarta Utara Herlina menuturkan pengawasan siswa akan lebih intens di luar sekolah. Dia bersama tim kesiswaan yang terdiri atas 10 anggota staf kesiswaan akan menyebar di beberapa spot tempat anak-anak sekolah berkumpul atau nongkrong.
Sepuluh guru ini akan menyebar dan mengontrol di titik masing-masing, sedangkan Herlina bersifat mobile mengontrol di mana saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Herlina mengakui kasus premanisme kemarin merupakan bentuk kecolongan bagi SMKN 56. Dikatakannya bahwa tempat kejadian yang kemarin bukanlah tempat yang rawan untuk pelajar sehingga tempat tersebut luput dari perhatiannya.
"Kemarin kita kecolongan, karena tempat kejadian itu selama ini bukan tempat yang rawan. Itu tempat yang familiar dengan anak-anak. Nah, biasanya kan mereka cekcok itu di kawasan Kalijodo, arah-arah ke Kalideres, Jembatan 3, Season City. Nah, di situ biasanya yang ramai atau mungkin daerah itu sudah dijaga, makanya mereka nongkrong ke tempat lain," ucap Herlina.
Tak hanya dilakukan penjagaan di titik-titik tersebut, pengawasan di dalam sekolah juga diperketat, seperti penyitaan telepon seluler milik siswa oleh guru piket saat jam pelajaran berlangsung. Selesai jam pelajaran, siswa diperbolehkan mengambil ponselnya kembali.
Video aksi kekerasan siswa senior terhadap junior menjadi viral di media sosial. Video tersebut disebar melalui Facebook dengan keterangan lokasi 'STM 12 Ploeit'. Video diambil dari posting-an InstaStory akun @iyy.ra. Dalam video itu, terlihat seorang siswa yang tidak mengenakan baju tengah menendang secara kasar 4-5 siswa dalam posisi telungkup. (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini