"Sebelumnya hanya ada sedikit catatan tentang kekayaan hutan gambut di Semenanjung Kampar itu, makanya kami bekerja sama untuk melakukan inventarisasi keanekaragaman hayati, terutama spesies yang endemik di ekosistem gambut," jelas Director of External Affairs Restorasi Ekosistem Riau (RER), Nyoman Iswarayoga kepada detikcom, Jumat (21/7/2017) pekan lalu.
Penelitian yang dimulai sejak Mei hingga Desember 2015 menyebutkan dari 549 spesies di dalam hutan, terdapat 44 spesies langka yang berasal dari kategori mamalia, tumbuhan, burung, amfibi, dan reptil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inventarisir spesies langka yang mulai dilakukan sejak Mei hingga Desember 2015 juga menemukan sebanyak 5 spesies tergolong kritis, 14 terancam punah, dan 25 lainnya rentan.
Spesies hewan langka yang masuk ke dalam golongan kritis di antaranya adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan trenggiling (Sunda Pangolin Manis) yang populasinya menurun karena bagian tubuhnya sering diperdagangkan. Selain itu ada juga tuntong laut (Batagur borneoensis) yang telurnya sering dicuri manusia.
Sementara tanaman langka yang ditemukan adalah Meranti Bakau dan Resak Paya. Keduanya sering ditebang karena kayunya berharga. Hasil penelitian itu didapat setelah tim masuk ke hutan, melakukan pemantauan satwa melalui kamera trap, serta operasi pengelolaan ekosistem.
"Secara kepatuhan kami wajib melaporkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan target langkah-langkah pemantauan keanekaragaman hayati, melaporkan pemantauan rutin dan berapa jumlah kamera jebak yang dipasang, sebagai contoh. Ini wajib dilaporkan ke kementerian sebagai pemberi izin," lanjutnya lagi.
Hasil penelitian juga menyebutkan tidak ditemukan tanda-tanda gajah sumatera dan tapir yang merupakan hewan asli sumatera. Kemudian burung-burung kerap menjadikan Semenanjung Kampar sebagai tempat migrasi mereka.
Peneliti juga menemukan adanya penyebaran baru jenis katak endemik, seperti Bonaparte's Nightjar dan Black Partridge. Restorasi Eksosistem Riau (RER) adalah sebuah program yang bersifat kolaboratif dengan melibatkan sektor publik dan swasta. Dengan tujuan merestorasi hutan dan mengkonservasi hutan gambut yang bernilai ekologis tinggi.
"Untuk upaya konservasi dan restorasi, APRIL Group telah berkomitmen dukungan dana sebesar 100 juta dolar untuk 10 tahun sejak tahun 2015," tambah Nyoman.
Dibentuk oleh APRIL Group pada 2013, RER merupakan program jangka panjang dengan pendekatan bentang alam.
"Prinsipnya menjaga hutan, memperbaiki kualitas dan memperbaiki ekosistem keseluruhan agar fungsi ekosistem kembali sempurna dengan dapat tetap memanfaatkan jasa lingkungannya," tutup Nyoman.
RER bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memperkuat usaha konservasi di Semanjung Kampar dan Pulau Padang. RER dikelola berdasarkan izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berlaku selama 60 tahun. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini