Heboh SMA di Semarang Ajarkan Bumi Datar, Ternyata Salah Paham

Heboh SMA di Semarang Ajarkan Bumi Datar, Ternyata Salah Paham

Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Kamis, 27 Jul 2017 16:43 WIB
Foto: Facebook
Semarang - Di media sosial ramai posting-an soal 2 SMA di Semarang mengajarkan Teori Bumi Datar atau Flat Earth dan konspirasi terkait Jokowi dan Ahok. Ternyata itu salah paham.

Sebuah status Facebook milik seorang ibu mendadak jadi viral karena menyebutkan dua SMA tempat anaknya belajar di Semarang mengajarkan Teori Flat Earth dan konspirasi Presiden memindahkan Ibu Kota karena terkait dengan Ahok.

Status Facebook itu langsung menyebar dan cukup mengagetkan. Screenshoot status itu juga menyebar di media sosial lain, termasuk Twitter. Akun Wali Kota Semarang @hendrarprihadi ikut di-mention dalam kolom komentar posting-an salah satu akun Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski SMA bukan merupakan ranah Dinas Pendidikan Kota Semarang, melainkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, wali kota yang akrab disapa Hendi tersebut menanggapi dan meminta dinas pendidikan memastikan hal itu.

"Sudah telepon kepala sekolahnya, hasil informasi kepala sekolah itu tidak benar. Langsung ke Dinas Pendidikan Provinsi ya," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin, Kamis (27/7/2017).

Penelusuran detikcom, ada 2 SMA favorit yang disebut dalam status viral itu, yaitu SMAN 9 Semarang, yang guru sejarahnya dianggap memberikan tugas mempelajari Teori Bumi Datar. Kemudian SMAN 3 Semarang, yang guru agamanya dianggap menceritakan konspirasi Jokowi akan memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan sebagai akal bulus supaya Ahok tetap menjadi gubernur.

"Ngenes!!!!! Ngenes, Nda!!!! Rusak Kualitas guru sekolah negeri!!! Beratlah tugas ortu mengawasi pendidikan anak2nya," tulis akun Facebook yang menyebut dirinya Mama Rani itu di akhir posting-annya.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah lewat akun Twitter-nya, @pdkjateng, juga merespons dan mengundang penulis status Mama Rani untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut ke kantor Dindikbud Jateng.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo mengatakan ternyata permasalahan status tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh penulis status bernama Rani dan dua pihak sekolah.

"Sudah diselesaikan masing-masing. Itu salah paham. Jadi informasi yang diterima ibunya tidak utuh," kata Gatot saat dihubungi detikcom.

Akun @pdkjateng kembali mem-posting sekitar pukul 12.00 WIB siang tadi perihal permintaan maaf dari Rani yang di-posting lewat Facebook. Meski foto dan nama lengkap Facebook Rani disensor, permintaan maaf Rani jelas terbaca.

"Terima kasih ibu Rani, Kepala SMA 3, Kepala SMA 9, serta semua pihak yang telah & akan membangun komunikasi yang lebih baik untuk pendidikan," tulis @pdkjateng. (alg/fay)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads