Pada 5 Juli 2017, surat tagihan dialamatkan ke unitnya di Blok B Unit 210. Surat tersebut mengharuskan dia membayar tunggakan 11 bulan sebesar Rp. 3.461.920.
"Saya datang ke pengurus, saya bilang nggak sanggup bayar, tapi saya nggak mau pindah. Saya pengen tutup usia di sini," ucap Nek Mimi kepada detikcom di unitnya, Kamis (27/7/2017).
 Nek Mimi (Arief/detikcom) |
Uang yang dihasilkan Nek Mimi jauh dari kata cukup untuk membayar sewa rusun. Tiap bulan, dia harus membayar biaya sewa sebesar Rp 281.000 dan token listrik Rp. 20.000.
"Rata-rata sepuluh hari dapet Rp 30.000, kalau makan kadang beli kadang dikasih sama anak yang ada di lantai atas," ucap Nek Mimi.
Dia masuk Rusun Pesakih pada 2014 setelah rumahnya di Kali Angke digusur. Dia pun menolak dibantu anaknya karena merasa anaknya sama sulitnya dengan dia.
Kemarin (26/7), dua pria bertubuh tegap datang mengunjungi unit Nek Mimi. Orang tersebut mengaku utusan Presiden Joko Widodo.
"Kemarin pagi, datang dua orang, tegap rapi, pakai batik. Katanya dia disuruh Pak Jokowi. Mau bantu bayar sewa dan ngasih satu juta," ucap Nek Mimi.
Nek Mimi pun diajak mengurus biaya sewa di Bank DKI. Dua orang tersebut menemani Nek Mimi sampai semuanya selesai.
"Saya ke bank, ke UPRS (Unit Pengelola Rumah Susun), bawa buku tabungan, surat-surat lengkap," kata Nek Mimi.
Dua orang tersebut membayar lunas tunggakan dan sewa sampai Desember 2017. Nek Mimi pun merasa lega setelah sewa rusunnya aman sampai Desember 2017.
"Setelah mereka berdua pergi, sekitar (pukul) 14.30 WIB, datang orang dari Jati Baru. Katanya orangnya Pak Ahok (mantan Gubernur DKI). Katanya bayar (sewa rusun) sampai Desember tahun besok," ucap ibu empat anak ini.
UPRS Tambora, selaku pengelola Rusun Pesakih, membenarkan tunggakan Nek Mimi telah lunas sampai Desember 2017.
"Pembayaran tunggakan dan sewa sampai Desember 2017 sudah lunas. Sedangkan pembayaran sampai 2018 belum dilakukan," ucap Kepala UPRS Tambora Sarjoko saat ditemui di kantornya di Rusun Pesakih. (aik/rvk)
