Fanpage itu bukan satu-satunya. detikcom setidaknya menemukan empat fanpage serupa di Facebook dengan nama yang mirip tapi jumlah anggota yang berbeda-beda, antara seribu hingga puluhan ribu. Khusus fanpage 'SahabatJenderalGatotNurmantyo', follower-nya tercatat mencapai 31.342 orang dan yang menyukainya sebanyak 31.693.
Foto: Istimewa |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Wuryanto menegaskan pembuatan fanpage semacam itu tidak seizin Jenderal Gatot ataupun institusi TNI. Pihaknya, kata dia, sudah melapor ke Kementerian Komunikasi dan Informatika serta sudah diblokir. Sebab, betapa pun hal itu akan mengganggu dan merugikan Gatot sebagai pribadi dan Panglima TNI.
"Kalau sekarang muncul lagi, kami akan laporkan ke Kominfo untuk diblokir," tutur Wuryanto. "Kami juga mengimbau kepada pihak yang tergabung dalam akun tersebut untuk menghentikannya."
Foto: Istimewa |
Bagi sebagian kelompok masyarakat, khususnya mereka yang mendukung Aksi Bela Islam, sosok Gatot seolah berpihak kepada mereka. Ketika aksi pertama digelar, 4 November, Gatot memang menyatakan siap mengawal peserta aksi agar tidak anarkistis. Ketika polisi menangkapi sejumlah tokoh aksi dengan tuduhan hendak berbuat makar, Gatot tampil dengan menyatakan mustahil umat Islam akan melakukan makar dan kudeta terhadap pemerintah.
Pernyataan-pernyataan Gatot semacam itu langsung menjadi viral di media sosial. Gatot pun dicitrakan sebagai 'Jenderal Santri' yang rendah hati dan hormat kepada para ulama. Pengamat politik dari UI Arbi Sanit tegas menyebut semua itu memang melambungkan nama Gatot, sehingga kemudian digadang-gadang sejumlah pihak untuk maju dalam Pilpres 2019.
Namun apakah persepsi kelompok Islam yang terlibat dalam Aksi Bela Islam terhadap Gatot akan tetap seiring dengan terbitnya Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas? Arbi membuat perumpamaan tentang hal itu sebagai 'Berselancar di atas gelombang yang mulai surut ke pantai'. Sebab, nyatanya Gatot mau tak mau harus mengikuti dan mensosialisasi Perppu tersebut. Beberapa bagian kelompok pendukungnya bakal terkena imbas pembubaran ormas.
Tapi sebelum ada Perppu, sejatinya Gatot sudah menunjukkan jati dirinya sebagai sapta margais yang tak akan pernah menyetujui sikap dan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan Pancasila. Kalau ada yang mencoba memecah belah bangsa dan mencaci maki dengan berpakaian ulama, itu pasti bukan ulama. "Oleh karenanya, jangan diikuti," kata Gatot lantang dalam acara buka puasa bersama di Islamic Center Tarakan, Kalimantan Utara, 18 Juni lalu.
Keesokan harinya, dia seolah ingin memupus siasat sejumlah pihak yang ingin menghadapkannya dengan Presiden Jokowi. Gatot menegaskan dirinya tetap loyal terhadap Presiden Jokowi sebagai panglima tertinggi. "TNI mengutamakan kesatuan garis komando. Kesatuan garis komando ini yang harus dipegang teguh," ujarnya saat buka puasa bersama di Mabes TNI, yang dihadiri Jokowi. (erd/jat)












































Foto: Istimewa
Foto: Istimewa