"FZ memang berbakat jadi politisi penyair, tidak semua politisi berbakat jadi penyair dan tidak banyak penyair yang berbakat jadi politisi dengan gaya FZ," kata Arsul dalam pesan singkat, Rabu (26/7/2017).
Meski memuji bakat Fadli, Arsul menyentil gaya Fadli dalam berpolitik. Jika hendak menyampaikan kritik lewat lantunan syair, kata Arsul, ada baiknya mengkritik juga kawan seperjuangan, terutama diri sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andai kata Fadli berani mengkritik diri sendiri, Arsul mengatakan Fadli akan punya citra positif di mata masyarakat Indonesia. Sosok politikus yang mau bercermin saat ini dirindukan oleh rakyat di Tanah Air ini.
"Keberanian otokritik inilah yang saya yakini akan punya nilai keagungan lebih di mata masyarakat. Saya kok yakin yang dirindukan oleh masyarakat saat ini adalah keberanian melakukan otokritik terhadap diri, teman, dan kelompoknya," tutur Arsul.
"Kalau mengkritiki pihak lain, kan memang hal yang biasa dilakukan," ucap anggota Komisi III DPR itu.
Dalam sajak terbarunya, Fadli bicara soal diktator. Dia menyebut ada diktator besar, ada diktator kecil. Dia juga menyinggung soal pencitraan, ormas, utang, kodok, hingga kancil dalam sajaknya.
Fadli mengatakan sajak itu dia tulis dalam rangka Hari Puisi.
"Ya kan hari ini kebetulan Hari Puisi. Hari Puisi ini dideklarasikan bersamaan hari lahirnya Chairil Anwar pada 26 Juli, 95 tahun lalu. Jadi ini dijadikan tonggak Hari Puisi," ujar Fadli.
Berikut ini 'Sajak Diktator Kecil' selengkapnya:
SAJAK DIKTATOR KECIL
ada diktator besar
bicara ideologi dasar
pidato propaganda akbar
narasi bersinar massa berkobar
jiwa bergetar rakyat terbakar
semangat menggebu maju tak gentar
membabat total komprador barbar
tapi diktator besar pun akhirnya pudar
ditelan kuasa pasti bertukar
ada diktator kecil
bicara remeh temeh serba mungil
tuna sejarah berpikir kerdil
pencitraan murah dipoles centil
rakyat ditindas ancaman bedil
ormas ditumpas seperti kutil
ekonomi merangkak labil
utang menjulang tak bisa nyicil
hukum ditabrak makin tak adil
wajah demokrasi berbedak dekil
kodok lincah bagai kancil
lawan politik dianggap kerikil
kedunguan mewabah ganjil
tapi roda zaman berputar stabil
kebenaran pasti kalahkan yang batil
Fadli Zon, Jakarta, 26 Juli 2017
Sajak spontan di Hari Puisi, bersamaan dengan lahirnya Chairil Anwar, 95 tahun silam. (gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini