Irjen Idham merupakan Akpol lulusan 1987. Karier Idham di Polda Metro tercatat pernah di bagian reserse hingga kepala wilayah. Di antaranya Kapolres Jakarta Barat pada 2008 dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro pada 2009.
Pengungkapan kasus mutilasi disertai sodomi belasan anak oleh Babe juga dilakukan saat Idham menjabat Direskrimum Polda Metro. Babe kemudian dihukum mati di tingkat banding.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah posisi pernah diembannya di satuan Densus. Di antaranya Kepala Unit Pemeriksaan Sub-Detasemen Investigasi Densus pada 2005 dan Wakil Kepala Densus pada 2010, yang Kadensus-nya saat itu dijabat Tito Karnavian.
Lepas tugas dari menangani kelompok teroris, Idham ditugaskan menjadi Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim pada 2013. Setahun kemudian, dia dimutasi menjadi Kapolda Sulawesi Tengah, yang saat itu pentolan kelompok teroris Poso, seperti Santoso serta Basri, masih hidup serta bersembunyi di hutan wilayah Poso.
Idham bukan kali ini saja menggantikan Irjen Iriawan. Dari Kapolda Sulteng, Idham dimutasi jadi Kadiv Propam Polri menggantikan Iriawan, yang dipromosikan menjadi Kapolda Metro.
Soal kekayaan, berdasarkan data LHPKN KPK yang diakses detikcom, Idham Aziz melaporkan harta kekayaannya per 2014 saat menjabat Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim. Total harta kekayaan Idham Azis sebesar Rp 5.046.058.907.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebelumnya menuturkan salah satu catatan keberhasilan Idham adalah Wakil Kepala Densus 88 Antiteror. Tito dan Idham juga pernah bertugas bersama dalam operasi Poso.
"Pernah menjadi satgas Densus. Wakadensus. Di operasi Poso juga sama, saya tahu persis karena yang bersangkutan adalah wakil kasatgas. Saya kasatgas waktu itu, hampir dua tahun di Poso. Kemudian pernah jadi Kapolres Jakarta barat, pernah jadi Direktur Reserse Polda Metro Jaya," tutur Tito.
Tito yakin Idham mampu menangani permasalahan yang terjadi kelak di Ibu Kota. "Jadi pernah daerah konflik, (pernah menjabat) Kapolda Sulteng. Saya sangat tidak ragu dengan kemampuannya dalam menangani Jakarta nantinya," Tito menegaskan. (idh/fdn)











































