Berdasarkan pantauan detikcom di kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat, Selasa (25/7/2017) sekitar pukul 15.15 WIB, terlihat sejumlah polisi berjaga di lokasi. Doli bersama anggotanya sempat berdebat dengan polisi karena dilarang masuk ke kompleks DPP Golkar.
"Kalian atas perintah siapa," kata Doli kepada polisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Senada dengan Doli, tindakan polisi itu juga diprotes kader muda lainnya, Samsul Rizal. Samsul menanyakan keberadaan surat perintah.
"Kalian ada surat perintah (melarang kami masuk) nggak?" tanya Samsul.
"Nggak," jawab dia.
Perdebatan itu tak berlangsung lama. Doli tak bisa meyakinkan polisi itu untuk mengizinkannya masuk ke DPP Golkar.
"Kita ini kader Golkar, nggak mungkin bikin rusuh di rumah sendiri. Kalau rusuh bikin, citra Golkar jelek," kata Doli.
"Daripada ribut, kita konpers (konferensi pers) di luar aja," tutur Doli.
![]() |
Sebelum meninggalkan kantor DPP Golkar, mereka kemudian memasang spanduk bertuliskan '#GerakanGolkarBersih' di pagar pintu masuk DPP. Mereka juga membawa sapu ijuk sebagai simbol bersih-bersih Partai Golkar.
![]() |
Kader Muda Golkar itu berniat mendeklarasikan 'Gerakan Golkar Bersih'. Mereka prihatin Ketum Golkar Setya Novanto menjadi tersangka kasus e-KTP.
"Hari ini kami deklarasi Gerakan Golkar Bersih, jadi kami menilai kepemimpinan sekarang ini sudah akut, menempatkan korupsi yang biasa saja. Seperti kita ketahui, Pak Setya Novanto sudah ditetapkan tersangka oleh KPK," ucap Doli.
Doli menyayangkan Novanto belum dicopot dari jabatannya sebagai lokomotif Golkar. Doli menyebut, dengan status tersangka, Novanto bisa makin mencoreng citra Golkar.
"Tapi kami sayangkan kepemimpinan kolektif formal, kecuali dewan kehormatan, pembina, hingga kader Golkar di daerah, yang mendukung yang menurut kami terus-menerus citra Golkar akan turun kasus e-KTP ini," ujar Doli.
(ams/imk)