"Kita mau dari awal bangunan koalisi betul-betul terwujud, koalisi dari awal. Sebab kalau, misal masing-masing bisa majukan capres, bagaimana koalisi bisa terbangun?" papar Waksekjen Golkar Ace Hasan Syadzily dalam diskusi di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakpus, Sabtu (22/7/2017).
Golkar menyoroti jika PT nol persen disepakati, maka akan memunculkan banyak sekali capres. Hal itu dinilainya tidak menciptakan Pemilu serentak yang efisien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau begitu Pilpres tidak 1 putaran lagi, bisa 2 putaran. Maka efisiensi dari keserentakan itu hilang," lanjutnya.
Dia pun membandingkan pemerintahan Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Menurutnya, pemerintahan SBY-JK pada tahun 2004-2009 didukung oleh minoritas di DPR. Hal tersebut membuat adanya guncangan di awal pemerintahan. Sementara Jokowi-JK, dengan didukung mayoritas di DPR, pemerintahan berjalan lebih stabil.
"Dari perjalanan pasca-reformasi, SBY-JK ada koalisi kerakyatan dan koalisi kebangsaan. SBY dulu didukung minoritas di parlemen, hampir 3 bulan pemerintahan ada gonjang ganjing. Sementara, pemerintahan Jokowi-JK, kalau Golkar nggak dukung, bisa dibayangkan bagaimana 2 tahun pemerintahannya," tutupnya. (bis/dkp)