Pagi itu, Rabu (20/7/2017) sekitar pukul 08.00 WIB, detikcom baru sampai ke kampung Leuwi Malang di daerah Cibaliung, Pandeglang. Para siswa kebetulan masih asik bermain di depan sekolah yang hanya dibangun dari bilik bambu dengan dua ruangan. Ada yang bermain kapal-kapalan dari kertas, sebagian asik saling kejar-kejaran.
Karena hanya diajar oleh dua orang guru yaitu Pak Murtani dan Ibu Diah. Para siswa sigap betul begitu ada yang berkunjung ke sekolah. Sambil menunggu guru datang, detikcom berbincang-bincang dengan seluruh siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelas 3 hanya ada 5 orang yaitu Narya, Siti Deni, Surni, Wiwin, Uum Komalasari. Kelas 2 kebetulan hanya ada 1 orang gadis cilik bernama Ayu. Namun karena masih terlalu kecil, Ayu masih didudukan sebagai kelas 1.
Dari ke 19 orang yang hari ini masuk, mereka rupanya fasih melafalkan setiap butir Pancasila bahkan saat menyanyikan lagu Indonesia Raya.
"Pancasila. Satu. Ketuhanan Yang Maha Esa," kata seluruh siswa SDN Sorongan 2 bersama-sama. Usai melafalkan Pancasila, begitu diminta menyanyikan lagu Indonesia Raya mereka pun lancar bernyanyi dan bersemangat. Tidak ada raut kesedihan atau mengeluh di wajah mereka karena sekolah di SD yang hanya dari bilik bambu.
![]() |
Susilawati, Kepala Murid atau KM bagi 19 siswa SD Sorongan mengaku tidak mengeluh meskipun belajar di kelas sederhana. Ia mengaku bercita-cita ingin jadi guru dan ustazah. Begitupun Ayu anak kelas 1 yang mengaku ingin menjadi dokter. Atau Asep siswa kelas 4 yang semangat ingin menjadi kiai kondang begitu besar nanti.
"Cita-cita saya mau jadi guru atau ustazah," kata Susilawati saat ditanya oleh detikcom, Pandeglang, Banten, Kamis (20/7/2019).
Dari pengamatan detikcom, 15 dari 19 seluruh siswa SD Sorongan 2 yang hadir kebanyakan tidak memakai sepatu. Di SD ini bahkan tidak ada satu buku bacaan sekolah yang di simpan untuk sebagai perpustakaan. Masing-masing siswa hanya membawa buku tulis untuk mencatat setiap pelajaran.
Murtani, Kepala Sekolah SDN Sorongan 2 mengatakan, sekolah ini dibuat untuk membantu pendidikan daerah Leuwi Malang yang terisolir. Saat penerimaan siswa, baru ada 5 siswa yang mendaftar ke sekolah. Total ada 24 murid yang bersekolah di SD tersebut.
Agar setiap siswa terus punya cita-cita dan semangat belajar, setiap siswa dibekali buku pelajaran. Jumlahnya tentu saja terbatas. Karena tahun ini termasuk ajaran baru, pada siswa memang belum mendapatkan buku. Ia berharap, pemerintah memberikan bantuan meskipun berupa buku ataupun alat penunjang siswa.
"Buku yang diberi Matematika, IPA, IPS, Agama. Diberi satu-satu (meskipun) memang nggak lengkap," kata Murtani. (bri/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini