Cerita Saksi Sejarah Saat Sukarno Datang di Palangka Raya

Cerita Saksi Sejarah Saat Sukarno Datang di Palangka Raya

Noval Dhwinuari Antony - detikNews
Kamis, 20 Jul 2017 09:00 WIB
Foto: Noval Dwhinuari Antony/ detikcom
Jakarta - Putri sulung gubernur pertama Kalimantan Tengah Tjilik Riwut, Emiliana Enon Heryani, bercerita saat Proklamator yang juga Presiden RI pertama, Ir Sukarno hadir di Kota Palangka Raya. Sukarno hadir saat kondisi Palangka Raya masih sangat terpencil di pedalaman Kalimantan.

"Pakai kapal mereka itu dulu datang, terus itu di tugu (Sukarno) di muka kantor gubernur itu dia meletakkan tiang, ditancapkan," kata Eno kepada detikcom, Selasa (11/7) lalu.

Penancapan tiang oleh Sukarno menandai dibangunnya Kota Palangka Raya, Ibu Kota Kalimantan Tengah. Saat itu Kalteng baru melepaskan diri dari Provinsi Kalimantan Selatan dan menunjuk putra asli suku Dayak, Tjilik Riwut sebagai gubernur. Tjilik Riwut juga seorang purnawirawan TNI Angkatan Udara yang menjadi penerjun payung pertama mendarat di pulau Kalimantan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bapak itu pertamanya kan seorang militer dari Angkatan Darat, diminta di Auri (Angkatan Udara Republik Indonesia/TNI AU), dan dia membawa penerjunan pertama itu (di Kalimantan). Rupanya Kalimantan itu menyatakan behwa mereka sudah masuk NKRI," ujar Eno.

Tjilik Riwut merupakan sosok yang sangat dekat dengan Sukarno. Enon menyebut hubungan keduanya layaknya anak dan bapak. Hal ini pula yang membuat Tjilik Riwut mudah mengundang Sukarno ke Palangka Raya.

"Kemudian dengan Pak Karno itu seperti anaknya lah beliau. Kemudian tidak tau bagaimana omongnya, kok ayah saya itu minta dia (Sukarno) datang ke sini," imbuhnya.

Sukarno tiba di Palangka Raya setelah naik kapal menyusuri Sungai Kahayan. Kala itu Palangka Raya belum memungkinkan untuk ditempuh jalur darat. Warga langsung menyambutnya dengan penuh suka cita.

"Nah itu dari Pelabuhan Rambang, kan dibawa naik Jeep, dengan jalannya belum aspal dengan pasir-pasir. Rupanya masyarakat itu riang gembira. Diikat mobilnya pakai tali, ditarik oleh masyarakat ke tugu itu. Nah di situ lah Pak Karno memancangkan tiang pertama di Palangkaraya," kenangnya.

Enon menuturkan, masyarakat tidak menduga jika orang nomor 1 Indonesia itu akan menginjakkan kaki di Palangka Raya yang masih tertinggal. Sukarno bahkan bermimpi untuk menjadikan Palangka Raya sebagai pusat pemerintahan Indonesia.

"Jadi masyarakat bilang, 'kok bisa Pak Karno mau ke sini', karena memang niat Pak Karno itu di Palangka Raya ini yang katanya kotanya itu akan dibangun oleh Bangsa Indonesia, tidak ada peninggalan Kolonial. Jadi dia bilang 'di sini sudah', itu dia bilang ke bapak saya, ini memang sebaiknya sih untuk kotanya," jelasnya.

Wacana Sukarno untuk menjadikan Palangka Raya sebagai ibu kota negara kemudian hilang seiring bergantinya kepemimpinan di negeri ini. Setelah Sukarno wafat, Tjilik Riwut sempat menggelar aksi protes di depan DPR RI dengan membentangkan peta Indoensia. Dia menunjukkan posisi Kalimantan Tengah yang berada di tengah wilayah Indonesia kala itu.

"Tapi dengan pemerintahan berganti, tidak adalah kelanjutannya (rencana Ibu Kota), sudah itu bapak itu tidak puas. Setelah Pak Karno meninggal, dia membentangkan (peta) di DPR, dia bilang ini Kota Palangka Raya atau Kalimantan ini adalah pusat dari kiri kanan, itu pusat Indonesia. Jadi yang bersaksi juga waktu itu Pak Ruslan Abdul Ghani. Itu ada di dalam uraiannya dalam 10 tahun bapak meninggal. Dia mengatakan, Pak Tjilik itu bilang daerah kota ini pas untuk Ibu Kota," tutupnya. (nvl/nkn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads