Jika dijajarkan dengan zat atau obat-obatan seperti sabu, ekstasi dan semacamnya, Happy Five adalah psikotropika yang masuk kategori ringan.
"Barang ini termasuk dalam psikotropika Golongan IV yaitu ringan di bawah ekstasi, " kata Direktur Reserse Narkotika Bareskrim Polri, Brigjen Eko Daniyanto, kepada detikcom, Rabu (19/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 1964, Erimin 5 atau Happy Five mulai diproduksi di Jepang. Dipanggil Happy Five karena ketika dimakan dalam kadar yang pas, dia kayak orang senang. Jadi obat gembira," jelas Eko.
Mantan Direktur Reserse Narkotika Polda Metro Jaya ini mengatakan Happy Five di pasar gelap narkoba Indonesia, tidak terlalu digandrungi. Ekstasi dan sabu masih tetap menjad favorit para pengguna napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya).
"Di Indonesia masih ada juga (pasarnya) tapi tidak sebanyak ekstasi dan sabu. Orang Indonesia lebih suka yang kayak ekstasi, maunya sampai over dosis," kata Eko.
"Happy Five ini pangsa di Indonesia kurang ya. Jadi Hapy Five ini kan termasuk sebutannya (di Indonesia) Halime," sambung dia
Namun, Eko menerangkan ada dua alasan Happy Five tetap memiliki pasar di Indonesia. Pertama, sebagai alternatif ekstasi. Kedua, harganya lebih murah dibanding ekstasi. Eko menuturkan kebanyakan konsumen Happy Five di Indonesia adalah kalangan anak muda berdasarkan usia, dan artis berdasarkan profesi.
"Karena mungkin ekstasi asli susah dicari, jadi mereka lebih bagus menggunakan Happy Five, karena asli dari Jepang. Harganya lebih murah. Kayaknya Happy Five ini banyak dipakai kalangan anak-anak muda dan artis itu banyak pakai. Bagi pecandu, kalau sudah pakai ekstasi pasti dicampur Happy Five. Rata-rata begitu," ujar Eko.
Menurut Eko, reaksi tubuh ketika mengonsumsi Happy Five hampir sama dengan ekstasi di antaranya perubahan perasaan, perubahan mental, perubahan perilaku, menurunkan kerja otak, menimbulkan halusinasi, dan ketergantungan.
"Gejalanya gangguan, bagi pengguna akan berupa sulit tidur, mual, muntah, denyut nadi cepat dan berkeringat berlebihan. Hampir sama seperti ekstasi tapi komposisinya beda," tutur Eko.
Fase berbahaya menggunakan Happy Five, Eko melanjutkan, adalah saat pengguna menggunakan secara berlebihan dan mengalami keram perut yang diikuti sesak nafas, hilang kesadaran, rabun dan seperti orang lumpuh. Untuk jangka panjang, penggunaan Happy Five dapat merusak fungsi ginjal.
"Berbahaya jika keram perut. Bagi pengguna yang berlebihan menyebabkan kematian karena terserang sesak napas, kehilangan kesadaran, gangguan penglihatan kayak rabun, gangguan pikiran, gangguan berbicara, sulit bergerak. Lalu yang bahaya lagi merusak ginjal," ucap Eko.
(aan/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini