Ocha, panggilan akrab AKP Rosana, dipercaya menjadi kepala tim penyelidikan jaringan penyelundup narkoba asal Taiwan itu. Wakasat Narkoba Polresta Depok itu pun ikut terjun ke lapangan untuk mengintai pergerakan jaringan tersebut.
Ocha termasuk salah satu yang dilibatkan dalam tim gabungan dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan Polresta Depok yang dipimpin oleh Kombes Nico Afinta dan Kombes Pol Herry Heryawan. Penyelidikan selama satu setengah bulan ini tidak sia-sia dengan tertangkapnya 4 WN Taiwan, satu di antaranya tewas tertembak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama kalau bicara penyelidikan. Penyelidikan ini memakan waktu yang lama, bisa dikatakan sangat menyita tenaga dan pikiran. Ini sangat berkesan karena kami benar-benar memfokuskan pikiran untuk bekerja maksimal untuk mengungkap kasus ini," kenang Ocha saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/7/2017).
Upaya penyelidikan jaringan narkoba asal Taiwan ini diakuinya memang bukan hal yang mudah. Banyak hal berat yang haris dilaluinya demi tercapainya misi menngagalkan upaya penyelundupan barang haram tersebut.
"Paling berat itu mengikuti pergerakan mereka selama 24 jam dan harus mengetahui apa yang mereka lakukan dan siapa yang mereka temui, jam berapa itu kita harus benar-benar ketahui dan mendetail, karena kalau kita terlewatkan satu informasi saja itu menyulitkan kita untuk bekerja di lapangan," tutur AKPOL 2007 itu.
Namun berkat kegigihannya dan team work yang solid, sabu yang mengancam jutaan nyawa manusia itu berhasil digagalkan. Empat orang WN Taiwan, satu di antaranya mati tertembak, berhasil ditangkap tim gabungan.
![]() |
Mantap di Narkoba
Meski terbilang masih muda di usianya yang belum genap 31 tahun, namun Ocha sudah punya pengalaman sebelumnya dalam mengungkap kasus narkoba. Sebelumnya, dia juga pernah ikut terlibat dalam penyelidikan jaringan sabu saat ditugaskan di Satgas Narkoba di Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri pada tahun 2016.
"Sebelum 1 ton ini, saya mengungkap 135 Kg sabu di Dadap, Tangerang. Waktu itu saya tergabung di Satgas Narkoba Direktorat IV Narkoba Bareskrim. Nah, itu juga memakan waktu lama, tapi tidak selama ini," ucap mantan Kasat Reskrim Polres Kolaka Utara ini.
Berkat pengalamannya itulah, Ocha pun tidak gagap dalam melakukan penyelidikan di lapangan. Dengan ketekunan dan kekompakan timnya sehingga sabu bernilai Rp 1,5 triliun itu gagal diedarkan di Indonesia.
"Jadi untuk mengetahui bagaimana polanya, kerjanya mereka ini saya sudah paham, sudah mengerti, hanya butuh kesabaran, karena menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi barang," sambung ibu dua anak ini.
Dengan pengalamannya itu, wanita bertubuh mungil itu pun semakin mantap bertugas di reserse narkoba. Ia pun semakin tertantang dalam memerangi narkoba hingga ke akar-akarnya. Ia pun bercita-cita untuk terus meniti karir di Korps Polri di fungsi reserse narkoba.
"Ya pengennya sih jadi direktur narkoba he-he-he," kata wanita yang dijuluki 'hantu jemuran' oleh juniornya itu.
Prestasinya bersama tim dalam menangkap sabu satu ton ini menjadi beban baginya, sekaligus motivasi untuk bekerja lebih baik lagi. "Jadi beban juga. Sekarang sudah nangkap satu ton, besok apa lagi nih?," tururnya.
Tidak Takut Mafia
Dalam tim gabungan itu, Ocha menjadi anggota yang terdepan. Meski nyawa taruhannya, namun Ocha berani bahkan tidak takut berhadapan dengan sindikat, sekalipun jika mereka bersenjata api.
Meski begitu, keberanian Ocha ini bukan tanpa pertimbangan. Ia tahu betul jika jaringan Taiwan tidak pernah melakukan perlawanan dengan senjata api.
"Ini bukan pengalaman pertama bagi saya untuk berhadapan dengan bandar narkoba jaringan Taiwan, ini sudah kedua kali dan sudah saya pelajari dan tentunya senior-senior saya yang lebih pengalaman dari saya juga sudah tahu bagaimana cara kerja mereka ini. Mereka datang ke sini safety, mereka tidak menggunakan senpi, mereka tidak melibatkan satu orang WNI pun," tuturnya.
"Jadi saya berhadapan dengan mereka, saya tidak ada takutnya. Apalagi posisi saya harus paling depan pun saya enggak masalah, saya enggak takut," cetus wanita berkaca mata ini.
![]() |
Sisi Lain
Sebagai Polwan, Ocha tidak menyukai bekerja di belakang meja. Meski sering bekerja di lapangan, namun ia tetap menjaga kecantikan dan penampilannya.
"Saya bukan tipe wanita yang sering ke salon seperti wanita pada umumnya. Tapi paling tidak, saya tetap menjaga penampilan dengan melakukan perawatan ke dokter, tapi itu juga enggak sering, sesempatnya saja," kata wanita berdarah Ambon ini.
Meski terlihat tomboy, Ocha juga memiliki sisi kelembutan. Sebagai seorang ibu, penyuka makanan sushi ini tetap memberikan kasih sayang kepada anaknya.
"Saya kalau ada kesempatan libur, saya tidur di rumah seharian sama anak saya, unyel-unyelan aja berdua sama anak," tutupnya.
(mei/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini