Gawai Dayak Sintang 2017 dilangsungkan di kompleks Stadion Baning, Sintang, Kalimantan Barat. Hari ini, Jumat (14/7/2017), menjadi salah satu hari rangkaiannya.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sumpit sepanjang hampir tiga meter meluncurkan anak panah ke sasaran hampir 20 meter. Rata-rata kena sasaran. Sasaran terjitu, yakni di tengah, mendapat poin 100, paling pinggir hanya mendapat 10.
Di luar, banyak stan yang menawarkan produk kerajinan khas dayak, misalnya manik-manik, gelang dan aksesori, kain, serta tenunan, hingga jasa foto. Seperti biasa, pedagang makanan juga memeriahkan pelataran arena.
![]() |
Azan berkumandang di siang hari, menandakan waktu salat Jumat. Masyarakat muslim tetap menggelar ibadah seperti biasa. Selepas itu, di siang hari yang terik, lalu-lalang orang tampak menyambangi stan-stan pameran.
Ketua Panitia Gawai Dayak Sintang, Hendrika, menjelaskan acara ini mengusung tema toleransi karena, di Sintang, masyarakat sudah hidup bersama-sama dalam keragaman sejak dulu kala. Ada masyarakat Dayak, Melayu, Jawa, Tionghoa, dan suku-suku lain.
"Konsep Gawai Dayak ini di bawah naungan konsep Pancasila Rumah Kita. Yang kami tampilkan tiap malam adalah keberagaman, bukan hanya dari etnik Dayak saja," tutur Hendrika kepada detikcom di lokasi.
Ada banyak lomba dan penampil kesenian dalam acara ini. Hendrika menjelaskan ada 236 peserta yang berpartisipasi. Bila plus anggota tim yang dibawa, jumlahnya bisa 500 orang lebih. Semua peserta berasal dari 14 kecamatan di Kabupaten Sintang.
"Kita juga sudah menampilkan kesenian Jawa, yakni kuda lumping, pada malam lalu. Kita undang juga partisipasi dari Tionghoa, Padang, dan Batak," kata perempuan yang juga Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga ini.
Acara ini sudah digelar sejak 11 Juli lalu, sampai acara puncak pada 15 Juli, besok malam. Ada macam-macam lomba, dari lomba busana, tari-tarian, melukis perisai dayak, hingga merangkai manik-manik. Pada hari terakhir, bakal ada lomba menangkap babi.
Acara seperti ini sudah berlangsung sejak 2005 sampai 2012 setiap tahun. Sempat vakum, akhirnya diadakan kembali pada 2017. Nilai-nilai toleransi antarsuku selalu dijunjung tinggi.
"Gawai ini untuk seluruh masyarakat Sintang, tidak hanya suku Dayak saja. Karena kita memiliki wawasan Nusantara yang menghargai keberagaman," kata Hendrika.