Polisi Ini Jadi Guru Warga Buta Aksara di Perbatasan Timor Leste

Polisi Ini Jadi Guru Warga Buta Aksara di Perbatasan Timor Leste

Petrus Ola - detikNews
Rabu, 12 Jul 2017 10:15 WIB
Polisi Ini Jadi Guru Warga Buta Aksara di Perbatasan Timor Leste
Foto: Brigadir Kresna mengajar warga Eks Timor
Jakarta - Program prioritas Presiden RI Joko Widodo yang memberi perhatian penuh pada masalah pendidikan juga menjadi perhatian jajaran kepolisian. Bahkan polisi di wilayah perbatasan RI-Timor Leste meluangkan waktunya membentuk kelompok masyarakat dan mengajari warga buta aksara menjadi warga yang bisa membaca dan menulis.

Adalah Brigadir Kresna Ola, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Kenebibi Kecamatan Kakulukmesak Kabupaten Belu. Brigadir Kresna meluangkan waktunya jadi pengajar bagi warga eks Timor di Wilayah Desa Kenebibi berada di batas RI-Timor Leste. Sebagian besar penduduk Desa Kenebibi adalah eks warga negara Timor Leste.

Sejak bulan Oktober 2016, Brigadir Kresna Ola memulai ide nya ini. Berbekal tekad dan semangat yang tinggi, bintara lulusan SPN Kupang Polda NTT tahun 2005 ini mulai menghimpun warga. Di wilayah Desa Kenebibi terdapat obyek wisata pasir putih yang sering ramai dikunjungi warga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah tersebut terkenal dengan sejumlah tindakan kriminal seperti aksi pajak liar, penganiayaan dan warga yang suka mengkonsumsi minuman keras hingga mabuk dan berbuat keonaran. Brigadir Kresna Ola yang bertugas di wilayah tersebut sejak tahun 2015 berupaya mempelajari karakter warga setempat.

Ia menggambarkan kalau sumber daya manusia di wilayah tersebut sangat rendah yang berdampak pada sikap anak muda di wilayah tersebut yang sering membuat tindakan kriminal.

"Saya mulai membentuk komunitas sekolah buta aksara Desa Kenebibi," ujar Kresna kepada detikcom, Rabu (12/7/2017).

Dia mengatakan, tujuannya ingin mengajari warga mengenal huruf sehingga bisa membaca dan menulis. Di samping mengajar, Brigadir Kresna menghimbau warga agar menasihati anak-anak mereka agar tidak berbuat kejahatan.

Awalnya kelompok ini beranggotakan 60 bapak dan ibu buta aksara. Namun karena terkendala jarak rumah yang berjauhan maka kelompok dibagi menjadi dua kelompok.

"Intinya warga bisa membaca dan menulis," ujarnya mengenai alasan memilih menjadi pengajar kelas buta aksara.

Walau terkendala kurangnya tempat belajar maupun alat tulis, Brigadir Kresna tetap berupaya mengagendakan jam belajar. Waktu belajar pun disesuaikan dengan waktu luang warga masyarakat. Namun setiap minggu dilakukan pertemuan setiap hari Rabu petang antara pukul 15.00 WITA hingga 16.00 WITA.

Secara swadaya, Brigadir Kresna dibantu Kapolsek Kakulukmesak Polres Belu Iptu Ketut. Kapolsek membantu dengan membeli buku dan pensil tulis bagi peserta kelompok belajar.

Dia menuturkan kendala lain dihadapinya saat mengumpulkan warga. Sering kali warga enggan berkumpul kalau tidak mendapatkan apa-apa. Ia pun tidak kehilangan akal. Melalui berbagai pendekatan maka puluhan warga pun mau bergabung dalam kelompok belajar.

Yang lebih menyulitkan adalah komunikiasi. Rata-rata warga asal Timor Leste ini tidak menggunakan bahasa Tetun tetapi memakai bahasa tokodede, salah satu bahasa asli masyarakat asal Maubara Timor Leste yang hanya digunakan masyarakat tertentu. Sementara bahasa Tetun adalah bahasa resmi masyarakat Timor Leste yang familiar bagi masyarakat lain di perbatasan.

Ia menyadari, walau tanpa bantuan pemerintah daerah, namun ia bertekad mencerdaskan kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan RI-Timor Leste. Rata-rata peserta kelas belajar adalah ibu rumah tangga yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Sebagian kaum bapak pun ikut serta. Mereka rata-rata putus sekolah di bangku kelas III sekolah dasar saat masih menjadi warga Timor-Timur.

Untuk memudahkan akses masyarakat yang mau belajar maka dipinjam lah halaman rumah Laurindu do Santos yang juga ketua RT 11/RW 03 Desa Kenebibi Kecamatan Kakulukmesak Kabupaten Belu. Di bawah pohon, masing-masing peserta kelompok belajar membawa kursi sendiri dari rumah untuk belajar. Brigadir Kresna juga menyiapkan papan tulis dan spidol sebagai alat bantu mengajar.

Setiap akhir pelajaran, masing-masing peserta diberikan tugas menulis huruf dan kata seperti nama hari atau nama bulan dan nama masing-masing peserta. Pada pertemuan berikutnya, tugas tersebut dievaluasi bersama peserta.

Laurindu do Santos (53), salah seorang peserta kelas belajar mengungkapkan kegembiraannya atas terobosan dari anggota Polri tersebut. Warga asal Timor Leste ini juga menjadi salah satu peserta bersama istrinya. Dengan senang hati ia juga meminjamkan halaman rumah sebagai tempat belajar. Kebanggaan lain yang dirasakan adalah sikap familiar polisi dalam melakukan pendekatan sehingga masyarakat dan polisi pun akrab serta memiliki kesatuan.

"Kami semangat dan senang ikut kegiatan ini. Sekarang kami sudah bisa mengenal huruf A sampai Z dan huruf gabungan," ujar ayah tiga orang anak ini yang mengaku sudah ikut kelas tersebut sejak Oktober 2016 lalu.

Polisi Ini Jadi Guru Warga Buta Aksara di Perbatasan Timor LesteFoto: Brigadir Kresna mengajar warga Eks Timor


Ia pun antusias mengajak dan mendorong warga untuk ambil bagian dalam belajar. Waktu belajar pun disesuaikan sehingga tidak menganggu kegiatan ibu rumah tangga maupun kaum bapak dalam berkebun. Mereka pun bersyukur karena polisi sudah berbuat banyak bagi warga mulai dari pemberantasan buta huruf hingga menekan angka kriminalitas di wilayah mereka.

Kelompok yang rata-rata diisi warga putus sekolah dan tidak pernah bersekolah ini saat ini sudah berkembang menjadi kelompok arisan maupun kelompok pekerja yang mengutamakan gotong royong.

Hal lain yang dirasakan adalah adanya kemajuan bagi mereka sehingga selain bisa membaca dan menulis, mereka pun bisa berkomunikasi dengan lancar dengan warga lain yang berkunjung ke wilayah mereka. Mereka berharap adanya perhatian pemerintah daerah mendukung kegiatan tersebut karena disadari makin banyak warga buta huruf yang berminat untuk mengikuti kegiatan tersebut, sementara lokasi belajar dan sarana yang ada terbatas.

Kapolres Belu AKBP Yandri Irsan, secara terpisah mengatakan dirinya sangat mendukung anggota yang mampu mendekatkan diri kepada masyarakat melalui kreativitas maupun inovasi yang dimiliki seperti yang dilakukan salah satu Bhabinkamtibmas di Polres Belu. Mantan kapolres Flores Timur ini berjanji akan terus mendorong dan memotivasi anggotanya.

"Semenjak saya jadi Kapolres Belu, Brigadir Kresna makin semangat dan saya selalu memberikan perhatian khusus bagi anggota yang mampu berinovasi dan berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya. (rvk/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads