Kapolda Papua Barat Brigjen Martuani Sormin saat dikonfirmasi membenarkan adanya penangkapan pemuda berusia 20 tahun itu. Martuani menyebut Bofan diduga merupakan simpatisan ISIS.
"Betul ada kita amankan, sedang dikembangkan dan kelihatannya hanya simpatisan yang termotivasi dari pemberitaan dan internet," ujar Brigjen Martuani kepada detikcom, Selasa (11/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barang bukti yang diamankan di antaranya buku berjudul '5 Khilafah Kebanggaan Islam' karangan Syeikh Khalid Muhammad Khalid, buku berjudul 'Koreksi Ulang Syaikh Al Bani' karangan Abdul Basith bin Yusuf Al Gharib, serta sebuah buku karangan 'Memburu Doa Rasulullah' karangan Taufiq Umar Sayyidi.
"Juga diamankan barang bukti 1 unit handphone Samsung yang digunakan untuk mem-posting rekaman video di YouTube," ujarnya.
Bofan adalah anak kedua dari lima bersaudara. Kedua orang tuanya telah bercerai. Setelah tamat dari sebuah madrasah aliyah negeri, Bofan bekerja.
"Tahun 2016 di bulan Agustus, yang bersangkutan bekerja di Toko Saga selama 2 minggu. Yang bersangkutan mengundurkan diri karena disuruh menjaga di bagian penjualan miras," terangnya.
Kemudian, pada Januari 2017, Bofan bekerja di FTwo Hotel selama satu minggu. "Karena ada bar dan dunia malam, sehingga yang bersangkutan juga keluar (mengundurkan diri)," ucapnya.
Terakhir, Bofan bekerja di hotel tempat dia ditangkap. "Kalau di (Hotel) City View, dia bekerja empat bulan karena diizinkan salat sehingga betah di situ," lanjutnya.
Kepada penyidik, Bofan mengaku membuat video tersebut untuk meluruskan pemahaman masyarakat soal ISIS. "Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang menganggap ISIS itu buruk. Padahal itu semua adalah skenario dari Amerika, menurutnya," sambungnya.
Bofan juga memiliki pandangan sendiri mengenai ISIS dan sejarah terbentuknya. Menurutnya, ISIS terbentuk untuk menolong kaum Sunni di Suriah yang ditindas oleh kaum Syiah. (mei/rvk)