Ustadz Salat Bahasa Indonesia Mantan Petinju dan Preman

Ustadz Salat Bahasa Indonesia Mantan Petinju dan Preman

- detikNews
Rabu, 04 Mei 2005 16:14 WIB
Malang - Ustadz Muhammad Yusman Roy pengajar salat berbahasa Indonesia ternyata kaya pengalaman hidup. Ia mengaku keturunan Indo-Belanda, beragama Nasrani, pernah malang melintang menjadi preman, petinju dan akhirnya menetapkan pilihan menjadi ustadz. Itulah gambaran singkat Ustadz Roy, pimpinan Pondok Pesantren I'tikaf Ngadi Lelaku, Desa Sumber Waras Timur, Lawang, Malang Jawa Timur, yang belakangan ini menjadi pusat perhatian warga karena ajarannya yang tidak lazim. Dalam perbincangan dengan sejumlah wartawan, Rabu (4/5/2005), Ustadz Roy mengaku lahir di Surabaya, 25 Mei 1955. Orangtuanya merupakan keturunan Indonesia-Belanda. Sebelum memeluk agama Islam, ia adalah pemeluk Nasrani.Roy mengaku banyak dibesarkan di Surabaya. Lima tahun dia malang melintang di dunia preman. Pada tahun 80-an ia sempat menjadi petinju dan mengaku menjadi petinju yang meng-KO lawan tercepat. "Tak sampai satu menit, lawan bisa saya robohkan," ceritanya bernostalgia.Saat menjadi petinju, Ustadz Roy mengaku mulai mendalami agama. Pada tahun 1975, Roy berguru kepada Kiai Satar dari Paneleh, Surabaya untuk belajar ilmu syariat. Selama 10 tahun mendalami Islam, dirinya merasa belum mampu mendalami arti surat yang dibaca sewaktu salat.Setelah belajar ilmu syariat dari tahun 1975 hingga tahun 1997, ia kemudian mendirikan sebuah pondok dengan nama Pondok I'tikaf Jamaah Ngadi Lelaku. "Tujuan mendirikan pondok agar lebih memahami terjemahan ayat-ayat suci Al Quran dan hadist," ujarnya.Pada tahun 2002 setelah menunaikan ibadah haji, Ustadz Roy memberikan ajaran salat dengan menyelipkan bahasa Indonesia pada ayat-ayat yang dibacakannya.Alasan memakai Bahasa Indonesia, agar orang lain yang taat salat namun tidak tahu arti dari ayat-ayat yang dibacakan saat salat, mereka bisa lebih mengerti dan memahami arti ayat-ayat tersebut.Ustadz Roy yakin apa yang diterapkannya sama sekali tidak bertentangan dan menodai kesucian Islam, karena tidak mengubah cara salat. Ketika ditanya kenapa pakai Bahasa Indonesia, bapak dari 10 orang putera ini beralasan Bahasa Indonesia itu bahasa yang universal di Tanah Air. (jon/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads