Koruptor Nusakambangan Korban Pembunuhan Kelima Rio 'Martil'
Rabu, 04 Mei 2005 15:37 WIB
Jakarta - Tanggal 2 Mei 2005 usia Rio Alex Bulo genap 27 tahun. Ironisnya, dia 'merayakan' ulang tahunnya dengan menghabisi Iwan Zulkarnaen (34), terpidana korupsi sesama penghuni LP Nusakambangan. Iwan adalah korban pembunuhan kelima Rio.Rio memang pembunuh berdarah dingin. Bahkan banyak yang menuduh dia psikopat. Wajar saja kalau kemudian dia diganjar hukuman mati. Hukuman telak itu dijatuhkan Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto pada 14 Mei 2001 silam. Dia terbukti mencabut nyawa empat orang dan sekali melakukan percobaan pembunuhan.Sambil menunggu eksekusi, pria yang sudah beranak-istri ini menghabiskan masa hukumannya di salah satu LP di Nusakambangan yaitu LP Permias. Dia masuk pada 2 Agustus 2004.Bagaimana tampang Rio? Jauh dari kata menyeramkan. Badannya kecil. Wajahnya pun polos. Tak ada yang menyangka dunia kejahatan adalah makanan sehari-harinya.Sedari kecil, Rio dikenal sebagai anak nakal. Polahnya membuat orangtuanya tidak mampu menanganinya lagi. Padahal kala itu Rio masih 8 tahun. Orangtuanya pun mengungsikan Rio kecil dari Sleman (Yogyakarta) ke Jakarta, ikut kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.Di Jakarta, kenakalan Rio menjadi-jadi ketika ayahnya tak lagi mengakuinya sebagai anak. Penyebanya, Rio tak mau pindah agama yang dipeluk sang ayah. Kasih sayang keluarga yang diimpikan Rio pun semakin tercerabut.Rio lalu berteman dengan preman Senen, sering bolos sekolah, mabuk-mabukan, hingga mengganja. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.Rio menghidupi dirinya dengan menjual surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia beralih profesi sebagai pencuri mobil. Dalam tiga hari, dia bisa menggasak tiga mobil. Hidupnya makmur. Pada istrinya, dia mengaku berjualan pakaian.Pria berdarah Sulawesi ini kesandung masuk bui setelah penadahnya melaporkan dia ke polisi karena melarikan mobil 'bos'-nya itu. Ketika bebas, Rio terpaksa menekuni profesinya sebagai pencuri mobil lagi karena sudah kadung menerima persekot mencuri mobil.Tapi karena di Jakarta dia sudah terkenal sebagai penjahat kambuhan, akhirnya Rio pindah operasi. Selain pindah tempat, dia juga ganti modus. Dia membekali diri dengan martil dan tak segan-segan membunuh. Sasarannya kini adalah pengusaha penyewaan mobil.Bidikan pertama Rio adalah Surabaya. Dengan martil mautnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Di Semarang, Rio melarikan Izusu Panther setelah menggetok mati dua orang dengan martil kesayangannya. Di Yogya, percobaan pembunuhannya gagal.Rio tak putus asa. Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung. Dan inilah akhir petualangan pembunuh berwajah innocent ini. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.Dan ketika diganjar hukuman maksimal itu, Rio bertekat untuk bertobat. "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan," ujar Rio di LP Purwokerto seperti dilansir Kompas edisi 3 Juni 2001.Pada Agustus 2004, pria yang kemudian digelari 'Rio Martil' itu dipindahkan ke Nusakambangan. Pada Desember 2004, Iwan Zulkarnaen, koruptor Rp 40 miliar dan divonis 16 tahun, dibui di LP yang sama. Karena sama-sama pernah mengecap tanah Sulawesi, Rio dan Iwan cepat akrab. Bahkan Iwan pun mengajari Rio mengaji. Cocok dengan niat Rio untuk bertobat.Tapi rupanya 'bakat' membunuh itu tak juga sirna dari Rio. Hanya karena diledek Iwan bahwa dia hanya bertaji di luaran saja, Rio naik pitam. Segera dia hantamkan kepala guru mengajinya itu ke tembok sel. Dia menghabisi nyawa Iwan dengan tangan kosong, tanpa sang martil maut.Entah hukuman apa yang akan diterima Rio nantinya. Yang jelas, dalam kasus pembunuhan empat korbannya saja upaya hukumnya sudah mentok. Banding, Peninjaun Kembali (PK) hingga grasi, semuanya ditolak. Kini sebenarnya Rio hanya menghitung hari regu tembak mengedornya, menyusul para korbannya -- termasuk korban paling gres -- Iwan Zulkarnaen.
(nrl/)