Di tengah keriuhan sekitar Grand Bazaar, ada seorang kakek yang menjajakan dagangan. Dari satu kios makanan ke kios lainnya dia tawarkan ke wisatawan dari berbagai negara.
"Seratus ribu (dapat) delapan biji," kata si kakek berbahasa Indonesia pada Jumat siang (7/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat ini di Turki matahari bersinar hampir 15 jam, sehingga pukul 16.00 tampak masih siang. Si kakek itu pun berhasil membuat wisatawan asal Indonesia membeli dompet bermotif khas Turki dagangannya.
Cuaca cerah saat itu, si kakek tampak semangat berkeliling. Hanya saja di Istanbul, seorang pedagang harus izin ke pemilik restoran/kios makanan jika ingin tawarkan dagangannya di lapak kios.
"The owner doesn't let me sell its here," kata si kakek.
![]() |
Tetapi tak sulit mencari kakek itu saat berjalan-jalan di sana. Dia pun menawarkan kembali dagangannya dengan bahasa Indonesia.
Senyumnya ramah, meski jalannya agak lambat dan badannya cukup gemuk, dia menghampiri jika ada yang memanggil. Tak beda dengan pedagang asongan di Indonesia, dia membawa plastik besar berisi dompet-dompet.
"I never went to Indonesia. Saya tidak pernah ke Indonesia," kata si Kakek ketika ditanya detikcom.
Dia hanya terkekeh saat ditanya dari mana belajar bahasa Indonesia. Dia justru mengaku bisa bahasa lain.
"Saya bisa 7 bahasa," ujarnya berbahasa Indonesia.
![]() |
Tentu saja pengakuan ini bikin kaget siapa saja yang mendengarnya. Siapa pun pasti akan bertanya-tanya ke Kakek itu.
"I am 2.000's years old. I came from Byzantium. (Saya berumur 2 ribuan tahun. Saya berasal dari Byzantium," selorohnya ketika ditanyai.
Byzantium adalah asal muasal dari Kota Istanbul. Byzantium berada di bawah kekuasaan Yunani pada 667 sebelum masehi yang kemudian jatuh ke tangan Romawi dan menjadi Konstantinopel pada abad pertengahan.
Kota Konstantinopel kemudian direbut oleh Kekhalifahan Ottoman dan kota itu disebut dengan nama Istanbul. Nama Istanbul baru diresmikan pada tahun 1930.
Yah, tentu saja si Kakek bukan berasal dari zaman itu. Akhirnya dia pun jujur.
"My name is Maveen, I am 70 years old (nama saya Maveen, saya berumur 70 tahun)," katanya.
Dia tak memberitahukan bagaimana mengeja namanya. Dia kemudian bercerita sedikit tentang keluarganya.
"Of course I have a family. I have one son, he is a teacher, music teacher. (Tentu saja saya punya keluarga. Saya punya seorang putra, dia seorang guru, guru musik)," tutur Kakek Maveen.
Sayangnya Kakek Maveen tak mau berbagi banyak cerita. detikcom kemudian mencoba menawar dagangannya dengan bahasa Indonesia.
"Kalau 10 Lira (mata uang Turki) dapat berapa?" tanya wartawan.
"Sepuluh Lira dapat 3 biji," jawab Kakek Maveen.
Kakek Maveen kemudian menyebut kalimat '10 Lira dapat 3 biji' dengan 7 bahasa berbeda. Ketujuh bahasa itu yakni Prancis, Italia, Yunani, Jepang, Jerman, Indonesia, dan Inggris.
(bpn/imk)