"Itu (korban) kasihan, nipu sekali. Bagaimana orang datang memberikan (struk) order Rp 1 juta lebih, tapi orangnya nggak merasa order. Tapi karena diambil identitasnya secara digital sehingga ditekan, diteror seperti itu. Banyak yang dirugikan karena perilaku," kata Sandiaga kepada wartawan, Sabtu (8/7/2017).
Baca juga: Wanita Peneror Order Fiktif Go-Food Dafi dan Julianto Sama?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan digital bullying yang harus ditindak tegas. Kita lihat fenomena ini tidak akan berkembang kalau ada tindakan tegas baik dari penyelenggaranya atau aparat. Pelakunya harus ditindak tegas dan di- banned tidak boleh melakukan layanan digital," imbuh Sandiaga.
Julianto dan Dafi mengalami 'teror' order makanan fiktif driver ojek online. Dari pengakuan keduanya, mereka sama-sama berkenalan dengan seorang wanita berinisial A.
Awal teror order fiktif Go-Food itu diduga juga karena asmara. Entah apa tujuannya, penolakan cinta A oleh pria pujaannya itu menjadi awal mula serangan teror order fiktif Go-Food.
Soal kasus ini, manajemen GO-JEK mengimbau agar peristiwa yang merugikan mitranya itu tidak terulang kembali.
"GO-JEK mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membuat order palsu yang bermaksud merugikan mitra driver atau pelanggan lainnya," kata manajemen GO-JEK melalui keterangan tertulis.
(fdn/try)