Direktur PT AMA Papua Djarot Soetanto menuturkan, Moulders memiliki jam terbang lebih dari 5.500 jam. Ia juga disebutkan telah mendarati 80 persen lapangan terbang (lenter) di Papua.
"Dia sudah sekitar 8 tahun bekerja di Papua dan memiliki jam terbang 5.500 jam lebih, merupakan pilot senior sekaligus instruktur siswa pilot," kata Djarot saat dihubungi, Kamis (6/7/2017).
Menurut Djarot, kemampuan pilot Moulders sudah sangat baik dan teruji. Namun faktor alam tak pernah ada yang tahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djarot mengungkap memang ada daerah-daerah tertentu yang sangat sulit didarati. Pihak AMA telah membuat 4 klasifikasi Lapter di wilayah Pengunungan Papua yakni klas A, B, C dan D.
"Kelas D itu adalah daerah yang paling sulit, tidak semua pilot bisa mendarat di sana walaupun itu pilot senior sekalipun tidak diberikan cek out di situ," katanya.
Ada beberapa lapter yang sangat sulit didarati seperti Lapter Markum, Aknisibil, dan Lolak sehingga tidak semua polit bisa masuk ke sana. Namun Moulders selalu dipercayakan untuk terbang ke sana. Termasuk beberapa lapter di Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai yang sangat sulit.
Sementara Co Pilot Valens Ido Naibaho baru usia 23 tahun, dia baru memiliki jam terbang 432 jam. Valens ini bergabung dengan PT AMA pada Juli 2016 dan awalnya sebagai mekanik selama 5 bulan, kemudian pada Oktober 2016 dia mulai diizinkan terbang sebagai Co Pilot.
"Valens ini orangnya sangat lembut walaupun dia orang batak marganya Naibaho, tetapi ibunya orang Jawa sehingga orangnya lembut dan dia orang pertama anak muda yang mau melayani di Papua," aku Djarot.
Valens Ido Naibaho merupakan pendaftar pertama di perusahaan penerbangan AMA di angkatannya. "Pertama dia bekerja di bengkel AMA, setelah lima bulan kemudian baru dia terbang sebagai co pilot," tambah Djarot.
Valens merupakan lulusan sekolah penerbangan Cilacap, dia masuk ke AMA pada Juli 2016 dan mulai terbang Oktober 2016. (rna/rna)











































