Sebagian warga Bukit Duri, Jakarta Selatan, telah dipindah ke Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Baru seminggu tinggal di rusun tersebut, warga mengeluhkan mahalnya biaya listrik yang harus dikeluarkan.
Nining (49), yang tinggal bersama suami dan dua anak, kecewa terhadap pemindahan ke Rusun Rawa Bebek ini. Selain lokasinya jauh, tarif listrik yang harus ia keluarkan tergolong mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusun Rawa Bebek (Ibnu/detikcom) |
Karena tarif listrik yang tergolong mahal tersebut, Nining harus memutar otak untuk menghemat pemakaian. Setiap waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, terpaksa lampu-lampu ia matikan.
"Ya cuma buat televisi, magicom, kulkas, dan kipas angin. Jadi kita kalau sudah jam 6 malam lampu saya matiin. Kalau di sana (Bukit Duri) paling habis Rp 80 ribu, paling lama Rp 100 ribu, itu aja buat sebulan itu nonstop semua," kata Nining.
Nining menjelaskan, saat tinggal di Bukit Duri, daya listrik di rumahnya hanya 900 watt, sedangkan di rusun 1.300 watt. Tidak hanya itu, saat di Bukit Duri, warga mendapat BLT, sedangkan di rusun ini warga mengaku tak mendapatkannya.
Senada dengan Nining, Waris, yang dulu juga tinggal di Bukit Duri, mengeluhkan mahalnya tarif listrik tersebut. Belum lagi nanti warga akan dikenai biaya sewa rusun, yang akan dimulai pada Agustus.
"Di sini berasa banget. Ini baru pulsa listrik saja udah berasa banget. Belum nanti rumahnya, Agustus semua bayar," kata Waris.
Sama halnya dengan Nining, Waris berusaha menghemat pemakaian listrik dengan mematikan lampu pada malam hari. "Ini kalau malam saya lampu matiin. Soalnya udah terang dari luar ya. Yaudah diirit-irit ajalah," ucapnya. (ibh/rvk)












































Rusun Rawa Bebek (Ibnu/detikcom)