Dari data yang diperoleh detikcom di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunung Api Dieng di Desa Karangtengah, setidaknya sejak tahun 1943 kawah Sileri terpantau aktivitasnya. Bahkan pada 13 Desember 1944 sekitar 117 orang meninggal akibat letusan kawah Sileri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu memang di sebelah Sileri ada Desa Jawera, itu satu kampung pada 1944 terjadi letusan di situ dan desa itu tertutup karena letusan Sileri, disertai material. Makin ke sini makin kecil, terus 2003 akhir, 2009, terus sampai saat ini," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (2/7/2017).
Menurutnya, saat terjadi letusan kawah Sileri pada 1944 tersebut, material batu yang terlempar dari kawah Sileri bisa mencapai radius 2 kilometer dengan berat batu mencapai 1,5 kilogram.
"Dulu pas kejadian material batu itu sampai sini (pos pengamatan Gunung Api Dieng), batu itu terlempar sampai desa sini (Desa Karangtengah), dengan berat sekitar 1,5 kilogram batunya. Padahal jarak Sileri 2 kilometer dari sini," ucapnya.
Dari kawah-kawah yang berada di kawasan kaldera Dataran Tinggi Dieng, kawah Sileri lah yang paling aktif setelah kawah Timbang yang mengeluarkan gas CO2. Di mana gas yang dikeluarkan tidak berbau, tidak berwarna dan menyebabkan kematian seketika karena keluar dari rekahan-rekahan tanah di mana 142 warga Dieng juga pernah menjadi korban kawah Timbang pada tahun 1979. (arb/nif)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini