Kisah Yeri Tosi, Pria Cacat Berjuang Hidup di Bengkel Tua

Kisah Yeri Tosi, Pria Cacat Berjuang Hidup di Bengkel Tua

Petrus Ola Keda - detikNews
Sabtu, 01 Jul 2017 09:33 WIB
Foto: Petrus Ola/detikcom
Kupang - Semua manusia ingin dilahirkan normal, seperti halnya Yeri Tosi (30), warga RT 6 RW 3 Kelurahan Alak, Kecamatan Alak Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Pria kelahiran 1987 ini lahir dengan kondisi fisik normal tanpa cacat. Tumbuh di keluarga sederhana membuat Yeri sejak duduk di bangku SMA sudah banting tulang bekerja di salah satu bengkel motor. Demi keluarganya, pada 2006, Yeri nekat merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan di salah satu perusahaan milik swasta.

Namun, pada 2008, malapetaka menimpa Yeri. Saat itu, sepulang dari kerja, Yeri membonceng temannya menuju kontrakannya. Dalam perjalanan, sepeda motor yang ditumpangi Yeri bertabrakan dengan kereta api. Yeri bersama temannya mengalami luka parah sehingga tak sadarkan diri. Sepeda motor yang mereka gunakan hancur digilas kereta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah dua hari tak sadarkan diri di ruang ICU, Yeri pun siuman. Namun kedua kaki Yeri tak bisa diselamatkan. Atas persetujuan keluarga, kaki Yeri diamputasi. Sejak saat itu, pria pekerja keras tersebut lumpuh total dan kursi roda sebagai pengganti kakinya.

Mimpi membahagiakan orang tua pudar seketika. Yeri sempat depresi, merasa terasing, bahkan berniat mengakhiri hidup. "Saya stres dan luapkan dengan mabuk-mabukan. Saya tidak terima dengan kondisi saya. Apalagi saat melihat orang lain berjalan, hati saya terlalu sakit," tutur Yeri kepada detikcom, Sabtu (1/7/2017).

Yeri, yang tengah terpuruk, akhirnya memanjatkan doa kepada Tuhan. "Saya berdoa kepada Tuhan dan doa saya dikabulkan. Lewat doa, saya kuat dan berjuang menerima takdir, berjalan di atas kursi roda," kata Yeri.

Setelah beberapa bulan belajar menggunakan kursi roda, Yeri akhirnya berhasil dan memulai hidup baru. Dengan berbekal modal sedikit dari adiknya, Yeri membuka usaha tambal ban, persis di pinggir jalan umum.

Meski cacat, usaha yang ditekuni Yeri tidak seperti pekerja lain karena bengkel tambal bannya dibuka 24 jam. Selain menjadi tempat untuk mencari nafkah, Yeri menjadikan bengkel sebagai pengganti rumahnya. Yeri rela tidur di bengkel beralas tikar, menunggu pengendara yang membutuhkan jasanya.

"Tuhan sudah atur berkat kita. Meski cacat, saya tidak butuh belas kasih dari orang lain. Saya bangga karena uang yang saya dapat adalah hasil keringat saya. Uang itu saya serahkan ke ibu untuk membeli keperluan hidup kami sehari-hari," kata Yeri.

Yeri mengaku sudah sering didata oleh Dinas Sosial Kabupaten Kupang sebagai salah satu kaum disabilitas yang menerima bantuan dari pemerintah. Namun, hingga kini, tak ada kabar sedikit pun, bahkan tak pernah ada bantuan yang diterimanya. "Saya tidak mau lagi didata petugas Dinsos karena tidak ada bantuan sama sekali hingga detik ini," ujar dia. (aan/aan)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads