Melalui Ramadan di Aiguebelle Prancis dengan Dialog Antar Agama

Melalui Ramadan di Aiguebelle Prancis dengan Dialog Antar Agama

Fertiana Santy - detikNews
Sabtu, 24 Jun 2017 21:28 WIB
Foto: Melalui Ramadan dengan dialog lintas agama di Aguibelle Prancis (Fertiana Santy)
Marseille - Salah satu kegiatan saya pada bulan Ramadan yaitu Pertemuan ke-19 Dialog Islam dan Kristen (Katolik) yang diselenggarakan oleh Konferensi Keuskupan Prancis pada Sabtu lalu, 3 Juni 2017 atau 8 Ramadan 1438H di Biara Notre-Dame Aiguebelle.

Aiguebelle merupakan salah satu departemen di Prancis, tepatnya region Auvergne-RhΓ΄ne-Alpes di tenggara Prancis. Seminar Dialog Antar Agama ini dihadiri oleh ratusan orang dari seluruh daerah di Prancis.

Pertemuan dialog ini diselenggarakan setahun sekali yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan dan toleransi antara umat Muslim dan Kristen di Prancis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Prancis saya tinggal di Marseille, kota terbesar kedua setelah Paris, terletak paling selatan wilayah Prancis. Jarak antara Marseille dan Aiguebelle sekitar 174 km, ditempuh dengan 2 jam perjalanan menggunakan mobil. Nah, saya kebetulan diundang untuk datang di acara tersebut dan memberikan presentasi mengenai Islam dan toleransi umat beragama di Indonesia.

Tema dari seminar yaitu "Du conflit au dialogue: dans la Bible et le Coran" (Dari konflik menuju dialog : Dalam Alkitab dan Alquran). Pembicara antara lain: Père (Romo) Christophe Roucou, Direktur Departemen Hubungan antara Kristen dan Muslim dari Konferensi Keuskupan Prancis; Mustapha Merchiche, salah seorang imam di Kota Grenoble, Prancis ; dan saya sendiri.

Melalui Ramadan di Aiguebelle Prancis dengan Dialog Antar AgamaFoto: Melalui Ramadan dengan dialog lintas agama di Aguibelle Prancis (Fertiana Santy)
Foto: Melalui Ramadan dengan dialog lintas agama di Aguibelle Prancis (Fertiana Santy)


Pertemuan tahun ini merupakan rangkaian dari tiga konferensi tentang "Musulmans et chrΓ©tiens en dialogue, dΓ©passer la peur" (Muslim dan Kristen dalam dialog : mengatasi rasa takut) yang memang rutin diselenggarakan oleh Keuskupan Prancis dengan semua tokoh agama baik tokoh agama Islam maupun Yahudi yang ada di Prancis.

Di antara negara eropa lainnya, Prancis merupakan negara yang paling kuat dan masif dalam mengimplementasikan la laΓ―citΓ© franΓ§aise (sekularisme Perancis). Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang 9 Desember 1905 yang secara tegas memisahkan negara dan agama.

Implementasinya antara lain dengan diterapkannya UU no. 228 tahun 2004 yg melarang pemakaian simbol-simbol keagamaan seperti jilbab, kalung salib, turban sikh atau topi kifayeh di lingkungan sekolah negeri dari TK sampai SMA (murid, guru, maupun staf sekolah yg lain). Adapun untuk lingkungan universitas pemakaian simbol religius oleh mahasiswa diizinkan oleh pemerintah.

Lalu ada juga UU no 1192 tahun 2010 yang melarang pemakaian burqa/niqab (cadar) di seluruh area publik seperti transport publik, di jalan, rumah sakit, lingkungan sekolah SD sampai universitas, di kantor pelayanan publik lainnya. Termasuk larangan pemakaian simbol-simbol religius oleh PNS, ataupun pegawai yang bekerja pada institusi pemerintah/BUMN.

Hal ini dipandang untuk menjamin kenetralan negara dalam menjalankan pemerintahan. Namun demikian negara menjamin kebebasan individu menjalankan keyakinan dan kepercayaannya, serta menghormati kebebasan dimaksud, tetapi negara mengatur pembatasan tertentu terhadap manifestasi dari kebebasan tersebut.

Selain itu negara juga menjamin setiap warga negara mendapatkan akses terbaik terhadap pendidikan, kesehatan, perumahan, ekonomi, termasuk hak politik.

Kehidupan umat beragama di Prancis berjalan dengan sangat baik dan rukun, tokoh-tokoh agama Prancis, baik Kristen, Muslim, Yahudi, bersepakat bahwa Dialog Antar Agama saat ini merupakan hal krusial, mengingat banyaknya konflik yang menjurus kepada kerusuhan global, terorisme, radikalisme, dan extremisme yang hampir selalu dikaitkan dengan agama.

Melalui Ramadan di Aiguebelle Prancis dengan Dialog Antar AgamaFoto: Melalui Ramadan dengan dialog lintas agama di Aguibelle Prancis (Fertiana Santy)


Termasuk peristiwa serangan teroris yang terjadi beberapa kali dalam 3 tahun terakhir di Prancis yang banyak menimbulkan korban. Islamophobia dan anti-semitisme misalnya, berkembang liar dan sangat membahayakan kerukunan umat beragama yang sudah lama terjalin.

Hal ini diakibatkan karena ketidaktahuan ataupun kesalahpahaman dalam memahami agama itu sendiri. Padahal, agama sejatinya adalah untuk mengatur kehidupan manusia yang kompleks menjadi lebih terarah dan objektif.

Dialog antar umat beragama tidak hanya menggambarkan pertukaran ilmu pengetahuan maupun pengalaman, tetapi juga kearifan sosial dalam bermasyarakat tentang bagaimana kita mampu bersikap terhadap doktrin dan isu-isu yang menjadi perhatian bersama, dan tentang bagaimana kita menjauhkan prasangka serta menumbuhkembangkan rasa saling menghormati. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa persaudaraan, solidaritas dan toleransi umat beragama demi terwujudnya perdamaian dunia.

Dari banyak konferensi tentang Islam maupun Dialog Antar Agama yang saya ikuti, orang-orang Eropa (dan tentu saja Prancis), sangat besar keingintahuan mereka tentang Muslim Indonesia (Islam nusantara). Banyak di antara mereka yang menganggap bahwa Muslim itu sudah pasti Arab dan sudah pasti bisa bercakap-cakap dalam bahasa Arab, padahal belum tentu.

Kenyataannya, ada di belahan bumi lain yaitu Indonesia (Nusantara - Asia Tenggara) yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Orang-orang Eropa yang saya temui itu, menilai bahwa terdapat perbedaan karakter antara Muslim Indonesia (Nusantara) dan Muslim yang ada di Prancis pada umumnya yang mayoritas berasal dari negara-negara maghreb (Maroko, Tunisia, Algeria), Turki, dan Timur Tengah lainnya. Mereka berpandangan bahwa karakter Muslim Nusantara relatif cenderung lebih lembut, lebih moderat, lebih santun dan bersahaja.

Untuk itu, saya sangat berharap pemerintah Indonesia dapat lebih berperan lagi untuk mengenalkan dan mengembangkan Islam Indonesia, Islam Nusantara dan Islam yang rahmatan lil alamin. InshaAllah.

*) Fertiana Santy
Kandidat Doktor di Institut d'Etudes Politiques d'Aix-en-Provence, France; PNS Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Agama RI (nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads