"Tergantung saja, kalau mau mudik ya mudik, namanya juga kuli panggul. Ya sering tidak mudik saat lebaran," kata Slamet saat ditemui detikcom di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Jumat (23/6/2017).
Menurut Slamet, porter di Stasiun Senen berkisar 170 orang dan terbagi menjadi dua shift. Shift pagi mulai dari jam 07.00 WIB hingga 19.00 WIB. Sedangkan shift malam sebaliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada pendapatan lumayan sedikit meningkat kalau musim mudik, ya bisa jauh dari biasa, biasa ada yang rame ada yang sepi, sama seperti pasar. Tiap hari, ini BUMS, badan usaha milik sendiri," candanya saat berbincang dengan detikcom.
Slamet lebih memilih pulang ke kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah saat hari biasa. Menurut Slamet, jika meninggalkan pekerjaannya saat musim mudik lebaran itu sangat disayangkan.
"Ya kadang sekali angkut Rp 20.000, tapi ada yang kasih lebih. Saya hampir tiap tahun tidak mudik, tapi ya kadang dua bulan sekali pulang bukan pas waktu mudik lebaran," jelasnya.
"Tahun kemarin ya tidak mudik, saya sudah 20 tahun di Jakarta, mudik itu cuma 2 kali saat lebaran," sambungnya.
Saat datang ke Jakarta, Slamet mengaku menjadi pedagang asongan sebelum menjadi Porter. Hingga saat ada tawaran menjadi porter, Slamet mengiyakan dan mencoba mencari nafkah di ladang jasa angkut ini.
"Saya merantau dari 20 tahun lalu, terus dagang-dagang asongan, lalu kita ada lowongan kuli, yang pedagang asongan dialihkan jadi porter, ikut saja," ucapnya.
"Kadang kurang juga buat makan. Resikonya ya capek, sakit badan kita, tapi buat anak. Kalau uang banyak ngapain kita di sini. Kalau mencukupi H-5 pengennya mudik, kalau tercukupi kita pulang, apalagi anak masih sekolah tiga-tiganya, paling kecil masih SD," tutup Slamet. (cim/rna)











































