Puasa berasal dari kata upawasa, artinya menutup, atau tidak mengeluarkan wasa. Wasa adalah kekuatan/kemampuan yang ada pada seseorang. Dari kata itu muncul kuwasa, lalu menjadi kuasa. Menurut Poerbatjaraka, di zaman pra-Islam, Lebaran itu upacara setelah 40 hari selesai menjalankan puasa.
Sastrawan Sunda Mas Atje Salmun Raksadikaria menyebut kata 'Lebaran' berasal dari tradisi Hindu yang berarti 'Selesai', 'Usai', atau 'Habis'. Menandakan habisnya masa puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toh begitu, menurut sejarawan JJ Rizal, istilah atau kata 'Lebaran' lebih banyak dipopulerkan oleh masyarakat Betawi ketimbang oleh orang-orang Jawa itu sendiri. Orang Jawa kenyataannya jarang menggunakan istilah lebaran saat Idul Fitri. Mereka lebih sering menggunakan istilah "riyaya", atau "sugeng riyadin" sebagai ungkapan selamat hari raya Idul Fitri.
"Sebagian orang Jawa menyebut Syawalan, dari kata dasar Syawal, nama bulan menurut kalender Qomariyah (bulan). Atau sering juga dipakai istilah "bakda", artinya juga selesai," tulis Rizal di Majalah Tempo edisi 30 Oktober 2006.
Bagi masyarakat Betawi, kata 'Lebaran' berasal dari kata lebar yang dapat diartikan luas yang merupakan gambaran keluasan atau kelegaan hati setelah melaksanakan ibadah puasa, serta kegembiraan menyambut hari kemenangan.
Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata 'Lebaran' sebagai "hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan sebelumnya (Ramadan).
Terlepas dari itu semua, Lebaran adalah hari untuk berbahagia dan bersukaria, mengenakan pakaian baru dan menikmati segala rupa makanan dan minuman yang lezat, merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, serta bersilaturahmi dengan sanak keluarga dan karib kerabat. (jat/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini