Namun tidak membatasi gerak langkah muslim di negara tepian Sungai Danube itu, untuk melakukan syiar dan menerapkan nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah Slowakia baru bisa mengesahkan Islam sebagai agama resmi jika sudah mencapai angka 20 ribu pemeluk. Sementara, hanya ada 5 ribu muslim di antara 5,4 juta jiwa warga Slowakia, yang hampir seluruhnya adalah para pendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Slowakia menjadi satu-satunya negara di Uni Eropa yang belum memiliki masjid. Namun Alhamdulillah, di antara banyak rintangan, ada warga Slowakia yang tersentuh damainya Islam.
Ia adalah Maryam. Maryam kemudian mengajak Tim Jazirah Islam mengunjungi satu dari dua Islamic Center yang ada di Bratislava.
Menariknya Islamic Center ini, karena hanya berbentuk bangunan sederhana menyerupai rumah, juga karena letaknya yang tersembunyi di gang serta diapit oleh bar dan restoran. Meski demikian muslim Bratislava bersyukur, ada tempat bagi mereka untuk beribadah dan berkumpul.
![]() |
Baru 1,5 tahun Maryam menjadi muslim namun semangatnya sangat luar biasa. Ia begitu antusias belajar Alquran. Setiap Jumat dan Sabtu, Islamic Center Cordoba menjadi tempat berkumpul muslim untuk belajar Alquran. Kebanyakan adalah para mualaf yang ingin memperdalam ilmu Islam.
Kegiatan ini digagas oleh muslim dari Indonesia. Meski baru berjalan satu bulan, namun animo tinggi dari muslim menumbuhkan asa bagi Islam di Slowakia.
Perkenalan Maryam dengan Islam pertama kali adalah ketika ia berlibur ke Maroko. Di sana ia bertemu keluarga muslim, dan tersentuh dengan kehangatan mereka. Setelah kembali ke Slowakia, saat Ramadan ia mulai berpuasa hingga akhirnya mantap mengucap dua kalimat syahadat.
"Suatu pagi saya bangun, sangat damai dan ingin salat. Dan itulah kali pertama saya salat. Sebelumnya hanya belajar gerakan. Dan mulai memasang aplikasi azan di komputer. Rasanya sangat menyenangkan seperti jatuh cinta dan memutuskan ucap syahadat," tuturnya.
Sayangnya kebahagiaan ini hanya bisa Maryam kecap sendiri. Sang ibunda menentang keputusan Maryam.
"Setelah pengajian Sabtu saya pulang pakai hijab. Dan ibu saya melihat saya, dan ia melarangku bertemu temen-teman muslim dan pakai hijab. Khawatir orang di sini tidak tahu konsep sesungguhnya tentang Islam. Ibuku tahu Islam adalah agama yang baik cuma dia nggak mau aku praktek Islam. Nggak ada alasan khusus. Dia hanya melarang sampai sekarang," jelasnya.
Bukan Maryam jika ia menyerah. Ia tetap istiqamah menapaki jalan Allah, tempatnya menemukan ketenangan dan kebahagiaan.
Sehari-hari, Maryam bekerja di kantor agen wisata. Ia bersyukur, bisa mendapatkan pekerjaan di antara para muslim.
![]() |
"Manajer di kantorku muslim, jadi sangat nyaman bagi muslim untuk bekerja di sini. Tapi di kebanyakan kantor susah bagi muslimah untuk mendapat kerja. Mereka dinilai dari penampilan. Beberapa temanku lulus dari universitas. Pakai jilbab dan mereka tidak bisa mendapatkan kerja, karena kantor tersebut tidak menerima perempuan dengan hijab. Terutama jika berhubungan langsung dengan klien. Mereka tidak mau muslim menjadi representasi perusahaan mereka," ungkap Maryam.
Sesungguhnya akan datang kemudahan setelah kesulitan. Karena Allah adalah sebaik-baik pelindung dan penolong, bagi hambanya yang tawakal. Semoga Allah senantiasa menjaga iman Maryam dalam Islam.
(Ketinggalan Jazirah Islam di TRANS7? Anda bisa tonton videonya di sini)
Kisah menggugah muslimah Slowakia, membawa tim Jazirah Islam ke kota Topolcany, 100 km dari Bratislava.
Di kota kecil yang berpenduduk 30 ribu jiwa ini, hanya ada satu keluarga muslim asli Slowakia yang tinggal di sini. Empat tahun sudah, Martina Amsah menjadi muslim. 3 bulan setelah ia mengucap syahadat, suami dan putri sulungnya, Vanessa Djamela, juga memeluk Islam.
Ibu 3 anak ini, sehari-hari bekerja paruh waktu di toko serba ada. Alhamdulillah meski berbeda, ia diterima dengan baik oleh sekitar. Petka dan Hamsa, buah hatinya yang masih belia ini, juga bisa belajar dengan nyaman. Meski tidak ada muslim lain di sekolah.
"Di Kota Topolcany, hanya kami berdua yang pakai hijab. Awalnya banyak yang bilang kami gila. Nenekku juga sempat nggak mau ngobrol dengan kami. Tapi sekarang hubungan kami baik-baik saja," tutur Vanesa.
![]() |
Mengenal Islam dari teman kerja yang mengantarkan Martina menemukan jalan spiritualnya.
"Saya punya teman kerja muslim, melihat ia praktek sebagai muslim. Saya kemudian baca soal Islam di internet beli Alquran dan setelah baca Al Fatihah, saya mengerti apa yang saya butuhkan adalah Islam dalam hidup. Sebulan setelahnya baca syahadat saat Ramadan," kisah Martina.
Melihat perubahan positif dalam diri ibunya, Vanessa yang saat itu masih di bangku kelas 1 SMA, kemudian juga mengucap syahadat. Menjadi satu-satunya muslim di sekolah, Alhamdulillah tidak ada perlakuan negatif ia terima. Teman sekolah menerima dengan baik perubahannya. Pun ketika ia memakai hijab.
"Saat liburan musim panas saya sudah pakai hijab. Teman-temanku juga lihat saya pakai hijab juga di Facebook. Jadi tidak kaget pas saya ke sekolah pakai hijab juga," ucap Vanessa.
Tidak ada masjid di Topolcany, juga toko pakaian muslim. Martina dan Vanessa biasa membeli syal musim dingin, sebagai pengganti hijab. Makanan halal pun menjadi hal langka di kota kecil ini. Cuma ada satu restoran menjual makanan halal di Topolcany, yang hanya menyediakan kebab khas Turki. Tidak ada pilihan bagi Vanessa dan keluarga mendapat makanan halal, kecuali memasak sendiri.
Meski penuh tantangan, tidak terbersit sedikit pun penyesalan dalam diri Martina dan Vanessa. Mereka menemukan kedamaian dalam Islam. Meski tidak mudah, namun mereka bahagia dengan pilihannya. Semoga Allah senantiasa memudahkan jalan keluarga ini untuk istiqamah.
Saksikan kisah lika-liku perjalanan spiritual 2 muslimah Slowakia dalam program "Jazirah Islam" di TRANS 7 pada Jumat 23 Juni 2017 pukul 15.00 WIB (nwk/nwk)