Dalam sambutannya di acara peringatan wafat (haul) Presiden RI pertama Sukarno di gedung MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (21/6/2017), Megawati mengaku kaget saat ditunjuk Jokowi. Jokowi pun sempat bertanya ke Megawati perihal jabatannya itu.
"Pak Mahfud MD bersama saya beberapa hari lalu dilantik oleh Bapak Presiden untuk bersama berada di sebuah unit yang ketika saya pun kaget. Lalu Presiden bertanya pada saya, 'Ibu ndak apa-apa ya kalau jadi ketua pengarah unit?'," kata Megawati disambut tawa hadirin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Buat Pancasila, saya sih ditaruh di mana saja saya berterima kasih," sebut Megawati yang kali ini disambut tepuk tangan.
Untuk diketahui, ada sembilan orang yang masuk sebagai anggota dewan pengarah. Yakni Megawati, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Ketum MUI KH Ma'ruf Amin, mantan Ketua MK Mahfud MD, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Syafii Maarif, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Prof Dr Andreas Anangguru Yewangoe, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, dan Sudhamek.
Perwira tersebut lantas bertanya di luar konteks kepartaian PDIP. Pertanyaan perwira tersebut membuat Mega kaget bukan main.
"Bagaimanakah menurut Ibu orang yang bernama Sukarno? Apakah dia seorang pengkhianat," kata Mega menirukan pertanyaan perwira tersebut.
"Saya betul-betul kaget, kan itu perwira toh, paling tidak. Saya pikir, apa saya jawab sebagai ketua partai, warga negara atau anak beliau," ucap Mega menjelaskan isi hatinya kala itu.
Singkat cerita akhirnya Mega menjawab pertanyaan tersebut. Mega melepas jaket kepartaiannya lalu lantang membantah pertanyaan perwira itu.
"Saya Megawati Soekarnoputri, anak Bung Karno, saya tahu persis ayah saya bukanlah pengkhianat bangsa!" tegas Mega.
Suasana forum pun menjadi sunyi saat Mega menjawab pertanyaan si perwira. Acara pun selesai dengan Mega beranjak pergi.
Namun, ada kejadian tak terduga saat Mega hendak meninggalkan lokasi acara. Para peserta kemudian mengerubungi Mega.
"Setelah selesai semua mengerubung saya. Dia datang minta maaf. Saya bilang minta maaf ke proklamator," jelas Mega.
Mega lalu berpesan kepada para peserta. Jadi pribadi harus mandiri, jangan mau dititipi pertanyaan-pertanyaan yang tak mau ditanyakan.
"Bung Karno mau ditiadakan ya monggo. Tapi saya pribadi l, saya yakin nama itu tak akan pernah hilang dari sejarah bangsa. Kenapa? Beliau itu bukan milik bangsa Indonesia saja. Mengapa kita bangsa Indonesia mengerdilkan diri padahal beliau diakui dengan KAA, konferensi nonblok," papar Mega.
Singkat cerita, sekarang tak ada lagi yang namanya De-Soekarnoisasi. Presiden Joko Widodo pun telah jelas mengatur soal hari lahir Pancasila.
"Presiden Jokowi akhirnya meluluskan, bertahun-tahun kami PDIP meminta 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila. Ya untung akhirnya ada juga presiden yang berani," tutup Mega. (gbr/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini