Forum Guru dan Ortu Dukung Perombakan Konsep Sekolah 8 Jam

Forum Guru dan Ortu Dukung Perombakan Konsep Sekolah 8 Jam

Denita Br Matondang - detikNews
Selasa, 20 Jun 2017 16:15 WIB
Foto: Masyarakat Peduli Pendidikan menggelar jumpa pers di kantor LBH Jakarta. (Denita Br Matondang/detikcom)
Jakarta - Konsep sekolah 8 jam sehari yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dikhawatirkan dapat membuat anak stres. Karena itu, elemen orang tua hingga forum guru meminta konsep itu dirombak.

"Tidak ada yang menyetujui program ini. Mereka khawatir anak-anak depresi, stres," kata Niti, salah seorang perwakilan orangtua asal Bekasi dalam jumpa pers Masyarakat Peduli Pendidikan di kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro No. 74, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2017).

Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) sekaligus anggota KPAI, Retno Listyarti, Pengacara Publik LBH Jakarta Alido Felix Januardy, para sukarelawan pengajar dan aktivis Pendidikan, komunitas orangtua murid, perwakilan mahasiswa dan lainnya turut hadir dalam kesempatan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Niti khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam 8 jam setiap hari itu. Niti juga mempertanyakan bisa-tidaknya guru mengawasi selama itu waktu itu.

Di sisi lain, masalah keuangan juga menjadi pertimbangan Niti. Menurutnya, dengan waktu 8 jam itu, dia harus menyiapkan uang untuk biaya makan dan jajan. Apalagi, setiap orangtua memiliki beberapa anak yang masa sekolah.

"Saya tiga anak. Bahkan ada teman yang punya anak lima. Saya pikir harusnya dari kemarin memikirkan. Ada kajian khusus. Sekolahnya juga harus nyaman. Kalau ingin fullday harus dari awal diperbaiki. Sarana prasarananya dulu. Jangan sampai merusak kesehatan, kemudian mental anak," ujarnya.

Sementara itu, Ketua FSGI Retno Listyarti mengaku setuju dengan 5 hari, tapi tidak sepakat dengan konsep 40 jam seminggu. Menurutnya, pemerintah saat ini lebih baik memenuhi 8 standar kompetensi, isi kurikulum, proses tak tersentuh, pendidik, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian.

"Kami punya jaringan daerah memotret kondisi sekolah di daerah. Kondisi begini kalau pun anak pulang cepat apakah gurunya juga betah sekolah 8 jam? Di luar dijamin makan, ada tempat tidur, di Belanda boleh pulang dulu. Bagaimana jarak yang jauh di Indonesia," ujarnya.

Kata Retno, ada 85 juta anak di sekolah. Sementara kondisi sekolah tidak memadai seperti kantin yang tidak layak dan tidak sehat.

"Bayangkan SMK tidak punya bengkel di Rote Ndao. Anak-anak di Kupang Timur bantu orang tua pulang sekolah. Di Purbalinggo juga bantu orang tua kumpulkan cengkeh. Kalau sekolah full 8 jam mereka tidak bisa lakukan ini. Nah sebenarnya membantu orang tua membangun karakter," ujarnya. (idh/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads