Novelis Gajah Mada Sebut Gaj Ahmada Otak-Atik yang Dipaksakan

Novelis Gajah Mada Sebut Gaj Ahmada Otak-Atik yang Dipaksakan

Cici Marlina Rahayu - detikNews
Senin, 19 Jun 2017 09:25 WIB
Koin Majapahit/Foto: Denita Br Martondang
Jakarta - Novelis sastra Langit Kresna Hariadi menyatakan sebutan Gaj Ahmada dan agama Islam yang disebut sebagai nama asli dan agama dari Mahapatih Majapahit Gajah Mada adalah sesuatu yang dipaksakan. Dia menyebut itu hanya otak-otik orang saja.

"Gaj Ahmada itu orang otak atik saja, makanya viral. Jadi itu hanya dipaksa-paksakan, dihubung-hubungkan. Jadi kebetulan saya mengira sih itu latar belakangnya ideologi agama, demikian juga orang yang memaksakan," kata Langit saat dihubungi detikcom, Minggu (18/6/2017) malam.

Penulis Novel 'Gajah Mada' itu mengatakan, sebutan Gaj Ahmada tidak ada di negara Kertagama dan prasasti yang menceritakan Sumpah Palapa. Sedangkan rumor yang menyebutkan sang patih tersebut beragama Islam, Langit menegaskan hal itu adalah sifat ilmiah namun harus ada sebuah pendekatan yang benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada yang disebut, tidak ada Gajah Mada ditulis dengan Gaj Ahmada, itu tidak benar. Siapapun boleh menafsirkan agamanya Islam, jadi gini kalau dihitung prosentase ya kalau tahun 1000-an lebih sedikit pernah ditemukan nisan kuburan muslim di Gresik itu usianya sama seperti usia Kediri," ujar Langit.

"Itu membuktikan bahwa Islam sudah ada di Pulau Jawa, di daerah pesisiran. Tapi apakah Gajah Mada beragama Islam prosentasenya cukup masuk akal atau tidak, kalau kita runut Majapahit adalah kesultanan Islam harus kita temukan banyak bukti, misalnya Negara Kertagama menunjukkan masjid sama sekali tidak ada," imbuhnya.

Langit juga menjelaskan satu-satunya informasi tentang agama yaitu aturan Tripaksa. Aturan Tripaksa adalah toleransi agama yang terjadi antara dua agama besar yakni Hindu dan Budha pada zaman lampau.

"Maksudnya kalau sekarang seperti toleransi agama, artinya apa agar tidak terjadi benturan antara dua agama besar saat itu. Islam itu ada, kemudian kalau Gajah Mada disebut Islam mungkin iya, tapi prosentasenya hitung saja," jelas langit.

Sementara untuk penjelasan koin pada jaman Majapahit bertuliskan kalimat syahadat, Langit mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena sistem pembayaran pada zaman dahulu adalah barter. Tetap saja, Majapahit tidak bisa dikatakan sebagai kesultanan.

"Nggak masalah sistem pembayaran zaman itu bermacam-macam, ada barter ada duit dari China, ada koin yang bentuknya cembung seperti kontak lens itu dari China, itu ada uang yang tulisan syahadat dari Arab, itu sama sekali atau tidak bisa dijadikan bukti bahwa Majapahit adalah kesultanan," tuturnya.

"Jadi keberadaan koin itu dari Arab, karena saat itu banyak sekali orang yang datang, yang dari China membawa Yuan misalnya, itu tidak membuktikan bahwa Majapahit uangnya menggunakan uang Arab," sambung langit.

Namun Langit bukan berarti tidak membenarkan soal kontroversi mengenai nama Mahapatih Gajah Mada adalah Gaj Ahmada dan beragama Islam. Hanya saja sesuai fakta sejarah, dia menyebut kemungkinannya sangat kecil.

"Saya tidak mengatakan tidak benar, ada kemungkinannya kecil, ada prosentasenya kecil kalau dirunutkan fakta yang ada, itu menjadi pendapat pribadi saya," sebut Langit.

Koin peninggalan Majapahit menjadi salah satu koleksi Museum Nasional, Jakarta. Ada 4 koin yang dipajang dengan label 'Majapahit' di Gedung A Museum itu. Di bawah bingkai keempat koin itu tertulis 'Uang Indonesia Masa Kerajaan Islam'.

Koin itu disebut sebagai 'uang gobog'. Bagian tengahnya bolong, pada bagian muka terdapat gambar Semar, Kresna, gajah, dan ular. Sedangkan di bagian lainnya tertulis 'Laa ilaaha Illallah, Muhammad Rasulullah' dengan aksara Arab. Pada bagian tengahnya terdapat gambar mirip lambang Majapahit, Surya Majapahit.

(cim/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads