Yogyakarta - Para dosen dan mahasiswa UGM yang berunjuk rasa makin bertambah. Kini, jumlahnya mencapai seribuan orang. Mereka memprotes kebaikan gaji dan tunjangan yang timpang antara rektor dengan dosen dan pegawai. Rektor menolak dialog dengan massa di lokasi demonstrasi. Demonstrasi para dosen dan mahasiswa UGM ini digelar di depan Gedung Balairung Gedung Pusat, Kampus UGM, Bulak Sumur, Yogyakarta, Senin (2/5/2005). Aksi ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Aksi para dosen dan mahasiswa ini tidak main-main. Dosen-dosen dari 18 fakultas turut serta. Tidak hanya dosen muda yang turun meneriakkan tuntutan ini, tapi juga dosen senior. Maka tak heran, bila banyak doktor yang meramaikan demo di salah satu kampus favorit di Indonesia ini. Para demonstran mengenakan pita hitam sebagai tanda duka. Para mahasiswa mengenakan jas almamater UGM. Berbagai poster diusung. 'Selamatkan UGM!'. Begitu salah satu tulisan poster. Aksi ini dipicu oleh SK rektor yang menaikkan gaji rektor 400 persen, sementara dosen dan pegawai berkisar 25-40 persen. Sekitar pukul 09.00 WIB, Rektor UGM Sofian Effendi sempat turun dari ruangan Rektorat. Sofian kemudian menemui massa. Tapi, saat itu, Sofian menolak berdialog di tengah kerumunan massa. Bagi Sofian, bila dialog dilakukan di tengah massa, tidak akan efektif dan tidak ada titik temu. Sofian mengajak para dosen untuk bertemu di ruang Senat. Namun, para dosen dan mahasiswa tetap meminta Sofian berdialog di depan massa. Salah seorang peserta aksi, Dr Maksum menyatakan, pihaknya sudah dua kali menghubungi rektor untuk membicarakan tuntutan dosen berkaitan dengan SK kenaikan tunjangan dan gaji itu. "Sampai hari Sabtu kemarin tidak ada tanggapan," kata pengajar bergelar doktor dari Fakultas Teknologi Pertanian ini. Maksum dan rekan-rekannya tetap meminta dialog dilakukan di depan peserta aksi. "Bukan di dalam ruang senat. Agar semuanya tahu, ada keterbukaan," tuturnya. Sebelum rektor menemui demonstran, Sekretaris Eksekutif Rektor UGM Agus Sartono telah menemui massa lebih dulu. Agus menyampaikan pesan bahwa rektor hanya mau berdialog di ruang senat. Namun, dosen tetap menolak. Sementara itu, Sofian kepada wartawan mengatakan, bila dialog dilakukan di tengah aksi, tidak ada gunanya. "Lebih baik, dialog dengan kepala dingin di ruang senat. Dan kami bersedia untuk berdialog," ungkapnya. Selain itu, Sofian berharap, para demonstran bisa mengajukan usulan-usulannya secara tertulis. Menurut dia, SK kenaikan gaji dan tunjangan ini bukan keputusan dirinya sendiri, tapi sudah disetujui Majelis Wali Amanat (MWA). "Saya tidak mau dengan cara-cara seperti ini. Aksi ini tidak simpatik," kata Sofian dengan nada tinggi.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini