Karena Anggaran Cekak, Sumba Timur Pakai Pestisida Usir Belalang

Karena Anggaran Cekak, Sumba Timur Pakai Pestisida Usir Belalang

Petrus Ola - detikNews
Jumat, 16 Jun 2017 14:12 WIB
Belalang kembara di Sumba Timur (Petrus Ola/detikcom)
Kupang - Pakar ilmu lingkungan menyarankan agar penanggulangan wabah belalang di Sumba Timur dilakukan dengan cara hujan buatan. Namun Pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengaku tak punya cukup duit untuk membuat hujan buatan menanggulangi teror belalang.

"Kami masih tetap pakai pestisida karena hanya itu yang kami miliki. Kami tak punya anggaran untuk hujan buatan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur, Johanis Hiwa Wunu, kepada detikcom, Jumat (16/6/2017).

Menurut Johanis, cara satu-satunya untuk mengantisipasi meluasnya serangan belalang sejak Sabtu (9/6) lalu, adalah dengan cara penyemprotan insektisida, salah satu jenis pestisida. Pihaknya telah mengerahkan tim Brigade Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk melakukan penyemprotan. Penyemprotannya menggunakan insektisida confidor yang diterbangkan menggunakan pesawat Fokker.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang ada di kami hanya itu. Jika ada pihak donatur atau pemerintah pusat yang membantu, kami sangat mengharapkan itu," kata Johanis.

Baca juga: Pakar: Atasi Teror Belalang di Sumba Timur dengan Hujan Buatan

Dia menambahkan, saat ini serangan belalang ke area pertanian warga sudah berkurang. "Memang kemarin sempat menyerbu rumah warga dan halaman perkantoran tetapi sekarang sudah berkurang," imbuh Johanis.

Wabah belalang kembara 'meneror' kawasan Sumba Timur, NTT. Sudah 2 hektare sawah diserang serangga ini. Pemerintah menetapkan kondisi ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Untuk mengatasi merebaknya belalang kembara dalam jumlah masif, penggunaan pestisida tidak disarankan. Solusi yang ramah lingkungan disarankan segera dilakukan, yakni hujan buatan.

"Buatlah hujan buatan sebagai environmental shock," kata pakar ilmu lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS), Prabang Setyono, kepada detikcom.

Hujan buatan itu adalah perwujudan 'kejutan lingkungan' terhadap populasi Locusta migratoria, nama ilmiah belalang kembara. Soalnya, ledakan populasi belalang itu juga ditengarai berakar dari perubahan kondisi lingkungan.

"Logikanya, hujan turun bakal mengakibatkan perubahan drastis kelembaban, ambiance udara berubah, dan minimal jam biologi belalang bisa dikendalikan," kata Prabang.

Jam biologi belalang adalah masalahnya. Ledakan populasi belalang ini karena ada kekacauan jam biologi dan daur hidup yang rusak. Waktu yang seharusnya bukan masa kawin, malah menjadi masa kawin. Maka jumlah belalang menjadi tak terkendali. Solusi berupa penggunaan pestisida sangat tidak disarankan.

"Kalau pestisida itu menyelesaikan masalah dengan masalah. Pestisida pasti meninggalkan sisa di daun dan tanah. Dalam kondisi yang begitu masif, pestisida akan mematikan situs mikroba di tanah. Saya tidak merekomendasikan pestisida," tutur Prabang.

Dalam buku 'Hama dan Penyakit Tanaman' karya Ir Pracaya, salah satu faktor penyebab kematian belalang adalah hujan. Jika banyak hujan dan banyak awan, perkembangan nimfa belalang terhambat. Hujan lebat juga akan banyak membunuh nimfa.

(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads