"Di sini komunitas penduduknya lain-lain, tapi bisa hidup dengan damai dan bertoleransi," kata Iriawan saat acara pembagian bantuan untuk warga kolong tol di Rawa Bebek, Penjaringan, Jakut, Jumat (9/6/2017).
Iriawan menjelaskan masyarakat Rawa Bebek yang heterogen tidak membuat mereka bermusuhan. Padahal di RW 13 mayoritas Muslim dan di RW 10 muslim menjadi minoritas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Iriawan membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi di Timur Tengah. Menurutnya, keadaan di Rawa Bebek bisa mencerminkan bagaimana seharusnya masyarakat Indonesia menanggapi perbedaan.
"Arab itu satu jazirah tapi bisa berbeda. Qatar itu juga dipecah. Di Indonesia sukunya banyak tapi tetap bersatu, di sini juga meski ada pendatang, berbeda agama, tetapi suasana tetap kondusif," ujarnya.
Iriawan juga mengajak mengingat betapa kerasnya perjuangan bangsa membuat Pancasila. Pancasila dibangun oleh semua elemen bangsa yang tidak pandang suku, agama dan Ras.
"Kalau ke Pejambon itu ada rumah lahir Pancasila. Coba lihat di sana, itu untuk mengingat perjuangan memerdekakan Indonesia," kata Iriawan.
Usai memberikan sambutan, Iriawan membagikan bingkisan kepada warga. Bingkisan tersebut berupa sarung dan baju Koko. (idh/idh)