Kisah Muslim Pemburu Elang Legendaris di Mongolia

Kisah Muslim Pemburu Elang Legendaris di Mongolia

Hanidah Zaki - detikNews
Kamis, 08 Jun 2017 05:00 WIB
Foto: Para pemburu elang legendaris di Mongolia (Yoga Endyranto/TRANS7)
Ulan Bator - Tim Jazirah Islam melanjutkan perjalanan dari Kota Bayan Ulgi menuju Pegunungan Altai. Pegunungan Altai di Mongolia, masuk ke dalam kawasan taman nasional. Rangkaian jalur pegunungan ini membentang membelah empat negara, yakni Rusia, Tiongkok, Kazakhstan dan Mongolia.

Masuk ke dalam situs warisan dunia oleh Unesco, area Pegunungan Altai diketahui masih menjadi rumah beragam spesies makhluk hidup. Inilah yang menjadi alasan Pegunungan Altai disebut 'gunung emas'.

Kisah Muslim Pemburu Elang Legendaris di MongoliaFoto: Pegununan Altai di Mongolia (Yoga Endryanto/TRANS7)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah melintasi hamparan daratan panjang yang tertutup salju, akhirnya tim Jazirah Islam tiba di rumah salah satu pemburu elang dari suku muslim Kazakh.

Inilah keluarga Muratkhan, generasi pemburu elang dari suku muslim Kazakh. Muratkhan telah menjadi seorang pemburu sejak ia masih sangat muda. Keahliannya ia dapatkan secara turun temurun dari sang ayah.

Ia pun sempat menunjukkan pakaian yang biasa ia kenakan ketika perburuan dilakukan di tengah musim dingin. Pakaian berburu ini berat dan tebal, karena terbuat dari bulu hewan. Tujuannya tak lain untuk melindungi sang pemburu dari cuaca dingin ekstrem.

Kisah Muslim Pemburu Elang Legendaris di MongoliaFoto: Para pemburu elang legendaris di Mongolia (Yoga Endyranto/TRANS7)


Rumah Muratkhan begitu sederhana, meski demikian ia tetap berusaha menyambut tamu dengan upaya terbaiknya.

Muratkhan tinggal bersama anggota keluarganya yakni anak dan menantu, Agerken dan Tolush, juga cucunya, kakak beradik mungil Kubelek dan Nurtas.

Ini merupakan rumah musim dingin keluarga Muratkhan. Selama 6 bulan dalam setahun mereka tinggal di rumah ini. Pada musim panas mereka akan pindah dan tinggal di area yang dekat dengan aliran sungai.

Saat bersantap siang, sang menantu Toloush, menyiapkan masakan khas keluarga sebagai sajian untuk mengisi perut. Kurtakh atau adonan tepung panggang yang telah dicampur potongan daging dan minyak pun siap. Kini saatnya bersantap bersama.

Meski menunya terlihat sederhana, acara makan di keluarga Kazakh benar-benar berbeda. Kami makan dari satu piring yang sama. Menjadi tanda bahwa Muratkhan, telah menganggap saya bagian dari keluarga mereka.

Selesai bersantap, Muratkhan mengajak melihat bagaimana ia melatih elang peliharaannya untuk berburu. Kami harus menunggangi kuda peliharaan keluarga, untuk melintasi lereng gunung.

Kisah Muslim Pemburu Elang Legendaris di MongoliaFoto: Para pemburu elang legendaris di Mongolia (Yoga Endyranto/TRANS7)


Di Mongolia, kebiasaan suku muslim Kazakh berburu dengan elang, telah berlangsung sejak zaman nenek moyang mereka. Para pemburu dari Suku Kazakh ini tersohor hingga ke seluruh dunia. Sayangnya, imbas tersentuh modernitas, kaum muda Kazakh semakin jarang yang ingin menjadi pemburu dengan elang.

Di Provinsi Bayan Ulgi, Suku Kazakh diperkirakan telah ada sekitar tahun 1939. Suku Kazakh, merupakan keturunan suku Mongol dan beberapa suku di kawasan Asia tengah.

Kisah Suku Kazakh di Mongolia bermula ketika tekanan komunis masuk ke wilayah Kazakhstan, sehingga membuat beberapa kelompok orang Kazakh memutuskan bermigrasi ke kawasan Pegunungan Altai di Mongolia.

Setelah matahari terbit, waktunya anggota keluarga untuk mengurus ternak. Selain punya puluhan kuda, keluarga Muratkhan juga punya puluhan kambing.

Musim semi adalah waktunya hewan-hewan untuk melahirkan. Meski udara dingin masih tersisa, keluarga Muratkhan harus bekerja ekstra untuk memerah susu, dan mengurus anak kambing mereka.

Keluarga Muratkhan, gambaran murni kuatnya ukhuwah islamiyah, di antara umat muslim di seluruh dunia. Mongolia tak hanya menyajikan kisah keagungan, tapi juga luhurnya nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi.

Saksikan cerita lengkap perjalanan memotret kehidupan muslim di Mongolia, dalam program "Jazirah Islam" di TRANS 7 pada Kamis 8 Juni 2017 pukul 15.00 WIB. (nwk/nwk)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads