"Ini (sejarah) akan membuat umat Islam cinta pada Indonesia," ujar Hidayat dalam keterangan tertulis, Selasa (6/6/2017).
Hidayat mengatakan itu saat memberi Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada masyarakat Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun karena adanya keberatan dari tokoh Indonesia timur maka tokoh-tokoh Islam rela untuk mengganti sila pertama seperti yang tertera saat ini.
Dalam sejarah Indonesia, Hidayat juga memaparkan Belanda mendorong agar bentuk Indonesia selepas diberi pengakuan yakni berbentuk serikat atau Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun bentuk seperti ini ditolak oleh banyak kalangan.
Kemudian politisi Partai Islam Masyumi yang dipelopori Mohammad Natsir, mengajukan Mosi Integral yang disampaikan ke parlemen pada 3 April 1950.
"Dengan mosi itu maka Indonesia kembali ke bentuk NKRI. Kalau tidak ada Natsir, kita tidak mengenal NKRI," tambahnya.
Lambang Garuda Pancasila pun disebut dirancang oleh seorang politisi Islam. Lambang Garuda Pancasila merupakan rancangan Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak. Dari sejarah itulah Hidayat menyayangkan bila umat Islam dicurigai membahayakan NKRI.
Hidayat juga menceritakan, pada masa Presiden Soeharto dulu ada lembaga BP7, sebuah lembaga yang khusus mensosialisasikan dan membahas masalah Pancasila. Selain BP7, seluruh elemen masyarakat mulai dari SMP hingga mahasiswa bahkan juga pejabat, diberi Penataran P4 hingga 100 jam.
Hidayat mengambil sisi positif dari kehadiran BP7 dan Penataran P4. Namun ditegaskannya, metode sosialisasi saat ini berbeda dengan masa sebelumnya.
"Sosialisasi Empat Pilar saat ini dilakukan dengan cara diskusi, dialog, dan reformasi agar mudah diterima," ujarnya.
Hidayat memuji Presiden Joko Widodo yang telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKPPIP). Lembaga ini membantu Presiden dalam pemantapan Pancasila.
"Alhamdulilah telah terbentuk unit kerja itu," tuturnya. (nwy/ega)











































