"Serangan terhadap warga sipil, terutama di bulan suci ramadan, bukan hanya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam tapi juga termasuk dosa besar," ujar Ketua PCI NU United Kingdom Ahmad Ataka dalam keterangan yang diterima detikcom, Selasa (6/6/2017).
NU Inggris menyatakan aksi serangan di area London Bridge pada Sabtu (3/6) malam lalu justru menjadi justifikasi tindakan Islamophobia. Tindakan tersebut menyasar minoritas Muslim di barat dan terutama di London.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Wakil Ketua Tanfidziyah PCI NU United Kingdom (UK) Didiek Wiyono mengatakan Islam justru menjadi korban atas aksi teror di London dan beberapa wilayah lain, seperti di Kabul, Baghdad, dan Qatif.
"Mungkinkah tindakan yang merugikan umat Islam dan merusak citra Islam itu dilakukan oleh oknum yang 'jernih' pemahaman agamanya? Fair-kah jika ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas aksi teror itu disebut (atau menyebut diri mereka) sebagai umat Islam atau kelompok jihad Islam?" ucap Didiek.
NU mendorong semua pihak untuk tetap tenang dan waspada serta melaporkan segala tindakan mencurigakan maupun teror kebencian kepada pihak berwenang. Didiek juga menyebut pihaknya siap bekerja sama dengan pemerintah dan warga Inggris untuk menyebarkan paham islam moderat dan ramah.
Hingga kini, kepolisian masih menginvestigasi teror yang terjadi kedua kalinya dalam tiga bulan belakangan di ibukota Inggris Raya ini. Hingga kini, aparat belum merilis identitas dan motif penyerangan. (irm/nkn)