"Teori manajemen konflik kalau ingin membuat suatu komunitas menjadi solid, maka eksploitasi kepentingan bersama mereka, dan minimalisasi perbedaan-perbedaan kepentingan mereka maka mereka akan relatif tidak berkonflik. Ada konflik bisa dikelola," ujar Tito di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Senin (5/6/2017).
Tito menyampaikan teori manajemen konflik itu untuk menyoroti kondisi bangsa Indonesia hari ini. Menurutnya, bangsa Indonesia yang hidup hari ini mesti belajar dari para pendiri bangsa yang selalu menepikan perbedaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan keragaman yang ada di bumi Indonesia ini merupakan sesuatu yang patut disyukuri. Tito lantas bercerita saat mendampingi Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Afganistan, yang kagum terhadap Indonesia karena beragam budaya dan suku tapi masih bisa bersatu.
"Saat kita dialog berkali-kali kekaguman terhadap Indonesia karena menyadari Indonesia heterogenitas diversity, dan negaranya, Afganistan, cenderung homogen," ungkapnya.
Karena itu, Tito mengajak masyarakat tidak terus-menerus memperdebatkan soal perbedaan yang ada. Dia justru mengimbau untuk sama-sama menyuarakan Pancasila dan kebinekaan agar bangsa ini tetap bersatu.
"Saya pikir tidak berlebihan kalau sekiranya menyuarakan suara dukungan terhadap NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. Saya melihat bahwa ini perlu kita refresh persatuan dan kesatuan bangsa ini. Karena mungkin banyak generasi saat ini tidak memahami spirit dan situasi kebatinan, sifat asli dari Indonesia," ucapnya. (knv/fjp)