Tak bisa dimungkiri ada saja suara sumbang di balik aksi aparat memberantas terorisme. Misalnya saat ledakan di Kampung Melayu pada 24 Mei lalu, keberhasilan aparat menangkap sejumlah orang terkait aksi terorisme itu ada yang menganggapnya sebagai rekayasa. Mengapa bisa teroris ditangkap sedemikian cepat?
Direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan sebenarnya aparat selalu memantau pergerakan para terduga teroris. Namun, karena tak ada aturan yang melandasi, aparat tak bisa melakukan penangkapan sebelum ada bukti kuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi para terduga ini sebenarnya diketahui, namun memang belum ditemukan bukti.
"Semua sudah dipantau, begitu melakukan aksi, baru ditindak dan semua cepat. Banyak orang yang menanyakan kenapa pihak berwajib cepat mengungkap terduga pelaku, karena semua sudah dipantau," ujar Wawan dalam diskusi Polemik SindoTrijaya di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6/2017).
"Akhirnya orang nuduh ini rekayasa. Bukan, tapi kan sudah diawasi sebelumnya," imbuh Wawan.
Mengapa baru bergerak setelah ada aksi? Wawan menjelaskan intel-intel tak boleh gegabah memberi informasi dan rekomendasi. Karier bisa terancam jika informasi yang diberikan tak sahih atau ujung-ujungnya sulit dibuktikan.
"Kalau salah berbuntut karier bermasalah," ujar Wawan.
Bukti untuk menindak juga harus kuat. Aparat tak bisa asal bertindak, tak ada aturan yang membolehkan.
"Sebelum kejadian, kita tidak bisa membuktikan. Makanya, begitu penangkapan dan lain-lain, kita saling tuduh. Makanya kita ingin, agar tidak tuduh-menuduh, diberi kewenangan yang jelas," ujar Wawan. (tor/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini